Sabtu, 05 April 2014

Dientot Sopir Baru

Papaku baru saja menyewa seorang supir baru karena supir yang lama
berhenti. Supir baru ini lebih muda, bernama Adi. Badannya masih tegap dan
umurnya 28, empat tahun lebih tua dibanding saya. Adi dikenalkan oleh
teman ayahku yang hendak pindah ke Singapur. Karena tak ingin Adi
menganggur, maka ia merekomendasikan Adi pada ayahku. Rumah ayahku memang
tidak besar, hanya kami berdua yang menempatinya. Adi menempati kamar
supir lama. Dalam sekejab, kamar sempit itu disulapnya menjadi kamar yang
sangat bernuansa maskulin. Bahkan aroma cologne murahannya tercium tajam
di setiap sudut kamarnya.

Ayahku percaya sekali pada Adi meski masih pegawai baru. Namun, saya
merasa ada sesuatu dalam dirinya yang misterius sekali, seakan-akan dia
menyembunyikan sesuatu. Untuk ukuran seorang supir, Adi memang melebihi
standar. Wajahnya tampan dan terkesan tangguh. Kehidupan masa lalunya
nampak sangat keras, tergambar jelas di wajahnya yang tampan itu. Kulitnya
tidak terlalu gelap, menyelimuti tubuhnya yang tegap dan atletis. Sebagai
seorang pria, saya diam-diam iri dengannya. Meskipun penampilan fisik Adi
memang luar biasa, namun nasibnya tidak begitu bagus sebab dia terjebak di
tangga karir sebagai seorang supir pribadi.

Tanpa ada yang tahu, saya sering mengintipnya mencuci mobil ayahku karena
dia selalu melakukannya sambil bertelanjang dada. Ah, betapa saya ingin
meremas dadanya itu. Tapi rasanya tak mungkin karena Adi terlihat sangat
heteroseksual. Tak mungkin dia mau ngentotin saya. Sejak dulu, saya sudah
sadar bahwa saya hanya tertarik pada pria, namun saya mencoba untuk
menekan sifat homoseksual-ku. Jika ayahku tahu, dia pasti akan marah.
Namun dengan kehadiran Adi, bebanku bertambah berat karena saya harus
menekan nafsuku terhadapnya.

Pernah, di suatu malam, saya menyelinap kelaur rumah dan diam-diam
bersembunyi di luar jendela kamar Adi. Dari balik jendela itu, kulihat Adi
sedang berbaring di ranjang sambil bertelanjang bulat. Kontolnya ngaceng
sekali seperti baja. Mulut Adi agak membuka, nampaknya dia sedang
mendesah-desah akibat rangsangan yang dia berikan pada kontolnya sendiri.
Tanpa ampun, kontolnya dikocok-kocok dengan kecepatan tinggi. Saya hanya
bisa menelan ludah melihat dadanya yang sempurna dan juga kontolnya yang
besar. Adi terlalu larut dalam lamunan joroknya sehingga dia tak menyadari
keberadaanku.

Kudengar dia mengerang, "Oohh.. Hhoohh.. Oohh.."

Kontolnya berdenyut-denyut di tangannya. Sesekali, Adi meludahi kontolnya
sebagai pelumas. Tidak tahan melihat adegan erotis itu, saya buru-buru
mengeluarkan kontolku sendiri dan mulai sibuk mengocoknya. Napasku
memburu-buru menyaksikan Adi membelai-belai dada bidangnya sendiri dengan
penuh sensualitas. Ingin rasanya kupeluk tubuhnya yang atletis dan seksi
itu.

"Aahh.." desahku saat kontolku mengeluarkan precum.

Sebutir cairan bening melepaskan dirinya dari lubang kontolku. Cairan itu
langsung kuambil dengan jariku, lalu kujilat. Mm.. enak sekali. Udara
malam yang dingin malah membuatku semakin terangsang. Setelah
bermenit-menit mengocok, akhirnya yang kutunggu-tunggu datang juga.
Kulihat Adi mulai gelisah, tubuhnya bergetar dna mengencang. Seluruh
ototnya berkontraksi seakan sednag menahan sesuatu. Wajah Adi yang ganteng
sedikit menyeringai menahan nikmat yang teramat sangat. Dan lalu..

Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Mataku hampir terbelalak saat kulihat
pejuh putih kentalnya muncrat ke atas dan jatuh kembali mendarat di atas
tubuhnya.

"Aarrgghh!! Hhoohh!! Oohh!! Uugghh!! Aahh!!" Adi terus-menerus mengerang
dan mendesah.

Tubuhnya yang kekar atletis itu mengejang-ngejang seperti orang kesurupan.
Kontol perkasa itu terus menembakkan pejuhnya selama beberapa kali sampai
akhirnya berhenti sama sekali. Kulihat, tubuh Adi basah kuyup dengan pejuh
bercampur keringat. Kolam pejuh sudah terbentuk di perutnya yang
berkotak-kotak akibat ejakulasinya tadi. Tanpa rasa jijik, Adi meraup
pejuhnya dengan tangannya dan kemudian mendekatkannya ke bibirnya.

Dengan mata kepalaku sendiri, kusaksikan cairan kejantanannya menete ke
dalam mulutnya. Adi menelan pejuhnya sendiri! Dan dia nampak sangat
menyukainya. Saya tak sempat menyaksikan apa yang diperbuat Adi
selanjutnya sebab orgasmeku sendiri hampir datang. Sambil menahan
eranganku, saya membiarkan tubuhku dikejangkan oleh orgasmeku.

"Hhoohh!! Oohh!! Oohh!! Hhoohh!!" Pejuhku dimuntahkan ke atas rerumputan.
Tubuhku tak berdaya, diguncnag orgasme dan saya harus berpegangan pada
tembok jika saya tak mau terjatuh.

Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Hampir selama semenit, saya mendesah dan
mengejang. Rasanya nikmat sekali. Kubayangkan betapa nikmatnya
berejakulasi dalam pelukan Adi. Oh, saya berharap mimpiku dapat terwujud
suatu saat. Kemudian, saya buru-buru kembali masuk ke dalam rumah, dan
kembali memerankan peranku sebagai pria heteroseksual. Setiap pagi, Adi
bangun dan mencuci mobil, lalu mengantarkan ayahku ke kantor. Adi kemudian
pulang lagi sampai sore dan lalu menjemput ayahku. Begitulah kegiatannya
sehari-hari. Namun terkadang, saya merasa seolah-olah Adi juga sering
menatapku secara diam-diam. Misteri dalam diri Adi semakin besar, hingga
suatu ketika, saya mengetahui apa yang disembunyikannya selama ini..

Suatu pagi, saya kembali mengintipnya dari balik jendelaku. Jendela
kamarku kebetulan menghadap keluar sehingga kapan pun Adi sedang sibuk
mencuci mobil, saya pasti berkesempatan untuk mengintip tubuhnya. Pagi
itu, entah kenapa, Adi hanya mengenakan celana dalamnya yang terlihat
usang. Dengan santai, dia mencuci mobil ayahku. Tentu saja air terciprat
dan membasahi celana dalamnya itu. Dalam sekejab mata, celana itu basah
kuyup. Berhubung celana itu agak tipis, pantatnya yang padat itu tercetak
dengan jelas. Kontolku langsung ngaceng. Birahiku menyala-nyala. Tak kuat
membendung nafsuku, saya buru-buru melepas celanaku dan mengeluarkan
kontolku.

"Aahh.." desahku melihat adegan erotis itu.

Adi nampak sengaja meliuk-liukkan pinggulnya, seakan menggodaku.
Tiba-tiba, Adi membalikan tubuhnya. Tentu saja saya kaget setengah mati.
Untung saja jendelaku diselimuti tirai sehingga tubuhku agak tersamar.
Dari balik tirai, kusaksikan cetakan kontolnya di balik celana dalam basah
itu.

"Aahh, besar sekali," gumamku, penuh nafsu.

Kontolku sendiri mulai bocor dengan precum. Kuperas-peras batang kontolku
dan semakin banyak precum yang keluar. Sambil ngocok, saya memata-matai
gerak-gerik Adi. Sesekali kulihat Adi sengaja mengelus-ngelus kontolnya
dari balik celananya.

"Oohh.. Hhoohh.. Hhoosshh.." Napasku makin berat dan tak beraturan.

Kubayangkan bagaimana nikmatnya bercinta dengan supir itu, merasakan
tubuhnya, memegang kontolnya, dan dingentot. Semua bayangan-bayangan
erotis itu, ditambah dengan live-show yang sedang digelar Adi di luar,
memacu orgasme. Kontolku semakin ngaceng dan basah, namun saya tetap
memerasnya sampai..

"Oohh.. Oohh.. Aarrgghh!!"

Kontolku berdenyut keras tiap kali pejuh dimuntahkan keluar. Tubuhku
bergetar dan mengejang, seiring dengan gelombang orgasme yang kurasakan.

Ccrrott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Tirai tempat persembunyianku juga ikut
bergerak, terkena tubuhku. Tanpa kusadari, tirai itu tersibak, dan Adi tak
snegaja melihatnya. Dia menyaksikan bagaimana saya dikuasai orgasme.

"Aarggh!! Oohh!! HhoH!! Aahh!!" erangku, terus saja memerah kontolku.

Pejuhku bermuncratan ke atas lantai, menciptakan genangan pejuh.

"Oohh.. Hhohh.. Hhsshh.."

Dan semuanya kembali seperti semula. Kontolku mengempis, napasku kembali
teratur, dan saya tersadar kembali. Saat kuintip Adi, ternyata supir itu
sudah tidak ada dan mobil ayahku sudah bersih mengkilap. Tanpa
sepengetahuan siapa pun, Adi sedang merencanakan aksi pemerkosaan
terhadapku! Siang itu setelah mengantarkan ayahku, Adi menghampiriku di
dapur. Saya baru saja selesai makan siang dan hendak mencuci piring saat
Adi tiba-tiba berdiri di belakangku.

Dengan sensual, ditempelkannya tubuhnya ke punggungku. Sebuah benjolan
mendorong-dorong pantatku. Tentu saja saya jadi kaget tapi senang. Namun
di lain pihak, saya takut kalau itu hanyalah jebakan saja. Bagaimana jika
dia hanya ingin mengetesku saja? Maka kuputuskan untuk tetap memainkan
peran sebagai seorang pria 'straight'. Berpura-pura tersinggung, kudorong
tubuhnya dengan punggungku.

"Kenapa sih, Bang Adi? Salah minum obat yach?"

Saat kubalikkan badanku, saya baru sadar bahwa Adi sudah bertelanjang
dada. Pantas saja, saat dia menempelkan badannya ke punggungku, saya dapat
merasakan dengan jelas setiap kontur dadanya yang berotot. Badan Adi yang
atletis mengingatkanku pada badan Jason Brooks, cowok ganteng yang
berperan sebagai Sean Monroe di Baywatch Hawaii. Puting Adi yang
kecoklatan nampak menegang dan melenting, menjaga otot pektoralnya yang
aduhai.

Di bawah dada bidang itu, nampak otot perut six-pack yang kotak-kotak
seperti papan cuci. Rambut-rambut halus tumbuh menyebar di dada Adi, lalu
turun ke belahan six-pack-nya, dan kemudian menghilang di balik celana
panjang hitamnya. Untuk sejenak, saya terhanyut dalam lamunanku,
membayangkan isi di balik celana itu. Keringat dingin mulai mengucur saat
saya menyadari apa yang sedang Adi lakukan.

Dia sedang menggodaku! Dan celakanya, tak ada seorang pun di rumah selain
Adi dan saya. 'Astaga, jika Adi benar homoseksual, apakah dia akan
memperkosaku,' tanyaku panik pada diriku sendiri. Tak ada seorang pun di
dunia ini yang mau diperkosa, bahkan pria gay sekalipun, karena
pemerkosaan berkonotasi negatif dan kasar. Namun entah kenapa, tiba-tiba
saya terangsang sekali. Saya membayangkan diriku terbaring bugil tak
berdaya di lantai sementara Adi mengentotinku dengan kasar. Kontolku mulai
tegang dan tercetak di balik celanaku. Saya sama sekali tak menyadarinya,
namun Adi sadar dan telah melihatnya!

"Tenang saja, gue gak bakal nyakitin loe. Gue cuma mau bersenang-senang
saja, kok," kilahnya.

Kedua matanya bersinar penuh nafsu. Saya tidak tahu setan apa yang sedang
merasukinya. Mataku bergerak turun dan kulihat sebuah tonjolan besar
menghias celana panjangnya. Sebagai seorang pria, saya tahu benar bahwa
sekali nafsu hinggap dalam diri seorang pria, pria itu pasti akan
melakukan apa pun untuk memuaskan nafsunya itu. Tanpa malu, Adi meraih
benjolan celananya dan sibuk mengurutnya.

"Loe mau nyoba kontol gue?" "Omong apa sih loe?" tanyaku, berusaha
terdengar galak.

Tapi nampaknya tak berhasil sebab suara yang keluar malah suara yang
gemetaran.

"Gak usah pura-pura deh. Loe homo juga kan?" kata Adi lagi, mendekat.

Tangannya yang satu lagi dipakainya untuk meremas-remas dadanya yang
bidang.

"Loe suka badan gue? Ngaku aja.. Gue tau, loe suka ngintipin badan gue
tiap pagi saat gue lagi cuci mobil Papa loe. Tadi pagi, gue liat loe
sedang coli dan berorgasme hanya dengan mengintip badan gue."

Saya mulai bingung, apakah saya harus mengakui homoseksualitasku padanya.
Di tengah kebingunganku, Adi menyambung.

"Kebetulan, nih. Gue lagi horny. Ayo, temenin gue di ranjang."

Dengan tangannya yang kuat, Adi memelintir tanganku ke belakang. Saya
kontan mengaduh kesakitan. Saya tak berdaya saat Adi menyeretku masuk ke
kamarnya. Dengan kasar, Adi membanting tubuhku ke ranjangnya. Aroma
tubuhnya yang jantan, bercampur dengan aroma parfum murahannya,
menyambutku. Namun kontolku yang tadi ngaceng sudah telanjur lemas
kembali. Saya ingin berteriak tapi Adi dengan sigap menyumpal mulutku
dengan celana dalam bekasnya! Aroma jantan yang sangat menyengat langsung
menyerang lidah dan hidungku.

Bau kencing dan pejuh bercampur satu dan terasa asin di lidah. Untuk
sesaat, saya dibuat pusing olehnya. Badanku terasa lemas saat aroma
maskulinnya menusuk hidung dan ragaku. Saat itu segera dipergunakan Adi
untuk mengikat tanganku ke belakang dengan borgol! Entah dia dapat
darimana. Saya tentu saja kaget dan ingin meronta, tapi tak mampu.
Bagaikan boneka kain, saya tergolek di ranjangnya tak berdaya dan pasrah.

Dengan sebilah pisau lipat, Adi mulai melucuti pakaianku. Saya kaget juga
melihat pisau itu; takut akan dilukai oleh Adi. Maka dari itu, saya tak
berani memberontak. Dengan bunyi BRET! Kaos dan celana pendekku
tercabik-cabik. Malunya saya saat menyadari bahwa saya tidak bercelana
dalam. Begitu celanaku habis dipotong-potong, kontolku yang lemas pun
langsung terekspos. Puas melihatku lemas karena aroma kejantanan dari
celana dalamnya, Adi membebaskan mulutku, tapi tanganku masih terborgol ke
belakang. Adi mulai beraksi.

Di atas ranjangnya, dia mulai menggerayangi tubuhku. Berbaring di atas
tubuhku, Adi memeluk tubuhku. Mula-mula, Adi sibuk menciumiku. Lidahnya
ingin memaksa masuk tapi saya berusaha menahannya. Alhasil, supir muda
yang ganteng itu cuma berhasil membasahi bibirku dengan ludahnya saja. Tak
puas, dia mencengkeram pipiku kuat-kuat. Secara refleks, saya mengaduh
kesakitan dan terbukalah mulutku. Kesempatan itu segera dimanfaatkannya
untuk memberiku ciuman french-kiss. Lidahnya langsung menyerbu masuk
Mula-mula saya merasa mual sekali; jijik dengan air liur Adi yang
bercampur denganku. Tapi Adi terus memaksa dan saya pun akhirnya menyerah.
Kubiarkan lidahnya menyapu lidahku dan gusiku. Dorongan untuk menciuminya
mulai timbul.

Kuberanikan diriku untuk menyambut lidahnya. Getaran nikmat mulai mengisi
jiwaku. Untuk pertama kalinya, saya benar-benar merasakan diinginkan oleh
pria lain. Kuciumi dia dengan penuh nafsu dan Adi membalasnya dengan penuh
nafsu juga. Selama bermenit-menit, kami tenggelam dalam kenikmatan
berciuman. Saat Adi melepaskan bibirku, saya merasa kosong sekali. Hatiku
berdebar kencang, masih takut akan kemungkinan bahwa Adi cuma ingin
menjebakku saja. Entah kenapa, Adi malah membebaskan tanganku. Saya bisa
saja melarikan diri tapi sebagian dari diriku memang menginginkan untuk
diperkosa oleh Adi.

"Kontol yang indah," gumam Adi, air liurnya hampir menetes keluar.

"Gue paling suka kontol Cina. Ah, belum disunat lagi."

Dengan bernafsu, Adi langsung membungkukkan badannya dan menyikat
kontolku. Secara refleks, saya ingin menendangnya, tapi melihat pisau itu
saya jadi tak berani. Tanpa jijik, Adi mengambil kontolku dan
memain-mainkannya agar kontolku cepat berdiri.

"Lihat aja, gue bakal bikin loe ngaceng. Kontol loe bakal jadi milik gue.
Badan loe juga. Loe bakal jadi pemuas birahi gue kapan pun gue mau.
Ngerti?"

Tak berdaya, saya hanya bisa mengerang dengan penuh keputus-asaan saat
kurasakan bahwa kontolku mulai ngaceng. Saya kecewa sekali akan
pengkhianatan kontolku; tak percaya bahwa saya bisa dirangsang oleh sesama
pria. Tapi tangan Adi memang terasa nikmat dan hangat di kontolku. Dengan
bernafsu, Adi memompa kontolku naik-turun.

"Aarrgghh.." erangku tanpa daya.

Kulup kontolku bergeser ke bawah dan menampilkan kepala kontolku yang
sensitif. Ketika tangan Adi menyentuhnya, saya mengerang-ngerang
kesakitan. Sakit sekali rasanya, seperti terkena amplas saja.

"Wah, anak majikan rupanya bisa terangsang ama gue," ejek Adi, matanya
menyorot tajam ke arahku.

Mengetahui rasa sakit yang kualami pada kontolku, Adi cukup berbaik hati
dengan meludahi kepala kontolku. Ludahnya yang licin itu memberi
kenikmatan tersendiri saat telapak tangannya yang kasar menyentuh-nyentuh
kontolku.

"Enak kan? Loe pasti bakal ketagihan kontol gue nanti. Sekarang, gue emut
dulu yach kontol loe. Pasti enak," celoteh Adi tanpa mempedulikanku.

Tanpa keraguan sedikit pun, Adi membuka mulutnya lebar-lebar lalu
berjongkok di tepi ranjang. Kontolku yang berdenyut-denyut di tangannya
itu dimasukkannya ke dalam mulutnya. Saya hanya dapat menyaksikannya
dengan rasa tak percaya.

"Aarrgghh.." erangku saat kehangatan yang basah membungkus kontolku.

"Oohh.. Uugghh.." Saya mengerang tak karuan, menahan nikmat yang teramat
sangat. Baru kali ini, kontolku disedot oleh seorang pria. Dan rasanya
memang beda banget.

"Aarrgghh.." erangku saat Adi mengemut kepala kontolku lebih keras.

Lidahnya yang panas dan basah menari-nari di atas kontolku. Hisapannya pun
kuat sekali sampai-sampai saya merasa pejuhku bakal kesedot keluar. Saya
berhenti melawan dan malah memegangi kepalanya agar dia bisa menyedot
lebih kuat lagi.

"Aarrgghh.. Sedot lagi, Adi.. Yahh.. Oohh.. Enak banget.. Aarrgghh.."

Tiba-tiba, Adi berhenti menyedot dan berdiri menjauh. Buru-buru,
dilepaskannya celana panjang hitamnya itu. Celana itu kemudian ditendang
ke pojok ruangan. Saya agak ketakutan saat melihat benjolan besar di balik
celana dalamnya. Noda basah menghiasi celana dalam itu; Adi memang sudah
sangat terangsang. Tanpa malu, Adi melepas celana dalamnya. Kontolnya yang
tegang langsung melompat keluar, berdenyut-denyut seperti makhluk hidup.
Kepala kontolnya yang bersunat berkilauan di tertimpa cahaya matahari
siang. Adi lalu naik ke ranjang dan menyodorkan kontolnya ke mulutku.

"Sepong kontol gue. Ayo, jangan malu-malu. Sedot aja yang kuat. Anggap aja
kontolku ini permen lolipop yang enak, yang harus dijilat dna diemut."
Rasa takut merambat sekujur tubuhku. Namun dorongan homoseksualku terasa
begitu kuat. Tanpa kusadari, tanganku bergerak maju dan menggenggam batang
kejantanan Adi. Batang itu terasa hangat dan hidup. Pelan-pelan,
kudekatkan wajahku ke kontol itu.

Aroma kontol yang menyengat langsung memenuhi lubang hidungku, dan masuk
ke dalam otakku. Aroma itu begitu kuat dan saya pun tersihir. Saya harus
mendapatkan kontol itu! Tanpa sadar, saya langsung memasukkan kontol itu
ke dalam mulutku. Lidahku langsung disambut dengan rasa asin yang licin.
Dan di luar dugaan, saya menyukainya! Tiba-tiba, tembok pertahananku
runtuh. Saya tak peduli akan apapun, saya hanya ingin merasakan nikmatnya
berhomoseks. Adi tersenyum mesum saat melihatku menanggalkan topengku.

Dia berkata, "Gue udah tau kalo loe pasti homo. Mata gue gak pernah salah.
Loe hanya butuh sedikit paksaan untuk menunjukkan warna asli loe.. Aahh.."
Omongannya terhenti saat saya menjilat-jilat lubang kontolnya.

"Oohh.. Yyeeaahh.. Jilat terus, homo.. Hhoosshh.. Buat gue ngecret..
Aahh.. Hisap yang kuat.. Mm.. Enak kan? Hhoohh.. Aarrgghh.."

Saya terus menjilat seperti seorang pria murahan. Tak mudah loh menjilat
dalam keadaan terbaring. Walaupun saya belum pernah berhomoseks, tapi saya
sering melihat film porno gay. Dari situ, saya tahu teknik menyedot
kontol. Jujur kuakui, menonton lebih mudah daripada melakukan sebab kontol
Adi terasa menyumpal mulutku. SLURP! SLURP! Lidahku menjalari dan
membungkus kepala kontol itu. Precum pun dikeluarkan sebagai penghargaan
atas apa yang kulakukan. Saat lidahku menyapu bagian bawah kepala kontol
milik sang supir itu, badannya bergetar dan erangan nikmat pun terdengar.

Rupanya bagian itu adalah zona erotisnya. Tanpa ampun, kuserang bagian itu
dengan lidahku. Erangan nikmat Adi terdengar makin keras, bergema di dalam
kamar itu. Makin banyak precum yang keluar dari lubang kontolnya. Mm..
Semua kujilat habis. Semakin kuat saya menyedot kontol itu, semakin keras
erangan nikmat yang keluar dari mulutnya. Saat sedang asyik menghisap,
tiba-tiba Adi mengerang.

"Oohh.. Gw mo keluar.. Aarrhh.. Oohh.."

Secara refleks, saya ingin berhenti menyedot agar muncratan pejuh Adi
tidak mengenai mulutku, namun Adi malah memegangi kepalaku kuat-kuat.
Dengan kasar, kepalaku ditekan ke arah kontolnya sehingga kepala kontol
Adi bersarang di kerongkonganku. Tak biasa, saya mulai terbatuk-batuk dan
mual. Adi lalu mendorong mundur kepalaku, tapi kemudian menariknya
kembali. Rupanya Adi sedang mengentot mulutku! Sebelum saya sempat
menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, tiba-tiba muntahan pejuh
panas membanjiri mulutku dan menuruni kerongkonganku.

Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Seiring dengan tiap muncratan pejuh, Adi
melenguh panjang.

"Aargghh!! Oohh!! Aahh!! Uuhh!! Aahh!!" Tubuhnya yang atletis itu
terguncang-guncang, dikuasai orgasme.

Makin banyak pejuh yang tertelan olehku. Rasanya agak pahit dan asin,
terasa kental-kental licin di lidah. Mula-mula memang terasa mual, tapi
belakangan saya malah menelannya dengan penuh kenikmatan. Bunyi
kecipak-kecipok terdengar saat Adi masih saja mengentotin mulutku yang
banjir pejuh. Alhasil, sebagian pejuh yang telah bercampur air liurku
mengalir turun dari kedua sisi bibirku. Baru kemudian, Adi melepaskanku.
Kelelahan, si supir bejat itu membaringkan tubuhnya di sampingku.

Tanpa meminta persetujuanku, tubuhku dipeluk seakan saya adalah kekasih
homoseksualnya. Terbaring bugil di dalam pelukan Adi, bersimbah keringat
dan percikan pejuh, saya tak merasa menyesal telah melepaskan sisi
homoseksualitasku. Saya ingin mencoba hal yang lain. Saya mau dianal alias
dingentot!

Tanpa malu, saya berbisik di telinganya, "Ngentotin saya donk." Adi kaget
mendengar permintaanku. Kedua matanya terbuka lebar, tak percaya.

"Apa kata loe? Pengen dingentot?" Supir itu lalu tertawa, namun tawanya
terdengat bejat.

"Tentu aja, gue gak bakal lepasin loe sebelum gue mendapatkan lobang loe."

Dengan pandangan mesum, Adi duduk sambil mencoli kontolnya yang belepotan
pejuh. Dalam sekejab, kontol itu kembali bangkit dan keras! Astaga, Adi
sungguh seorang pejantan!

"Ayo, bersiaplah. Kontol ini bakal menghajar pantat loe."

Supir itu turun dari ranjang dan berdiri di dekatku. Tubuhku yang masih
terbaring ditarik mendekat. Kedua kakiku diangkat tinggi kemudian ditaruh
di atas pundaknya yang lebar. Sementara bantal yang sering dipakainya
untuk tidur disisipkan di bawah pinggulku. Dalam proses itu, kontol Adi
yang ngaceng selalu bersentuhan dnegan anusku yang berkedut-kedut.
Birahiku makin menguat, tak sabar ingin segera dingentot.

"Oke, deh. Semua siap. Bentar lagi, loe bakal jadi milik gue. Gue tau loe
doyan kontol. Loe pasti suka kontol gue."

Dan dengan itu, Adi mulai memaksakan kontolnya masuk. Saya mulai merasakan
sakit pada bibir anusku. Anusku yang masih perjaka dipaksa membuka oleh
kontol yang besar itu. Kontol itu masih basah dengan pejuh, namun
jumlahnya masih kurang banyak untuk melumasi anusku. Tentu saja hal itu
meyulitkan penetrasi dan membuatku agak kesakitan. Anusku terbuka makin
lebar dan ujung kepala kontol Adi sudah masuk sedikit. Wajah Adi meringis
karena nikmat.

"Aahh.. Sempit banget.. Aahh.. Loe pasti masih virgin.. Uuhh.. Enak
banget.. Gak nyangka bisa dapatin virgin.. Aahh.. Anak bos lagi.. Uuhh.."

Adi mungkin sangat menikmati proses penetrasi yang sulit itu, tapi saya
sebaliknya kesakitan.

"Aahh.. Sakit, Bang Adi.. Aahh.. Bang, stop, Bang.. Aahh.. Sakit banget..
Oohh.." Saya merintih dengan mata berair.

Bibir anusku terasa panas terbakar akibat pergesekkan yang sulit itu. Saya
ingin sekali melepaskan diri dari kontolnya, namun Adi memegangi tubuhku
kuat sekali. Saya tak berdaya melawannya. Lagipula, sebagian dari diriku
memang ingin sekali disodomi olehnya. Tapi Adi tak mempedulikanku.

Dia cuma berkata," Tahan aja.. Oohh.. Jangan cengeng.. Aahh.. Loe kan
cowok.. Terima donk kayak cowok sejati.. Uuggh.. Lagian, bentar lagi juga
enak kok.. Oohh.."

Rasanya seperti bertahun-tahun sampai akhirnya.. PLOP! Masuk sudah kepala
kontol itu. Saya menghela napasku, lega sekali. Meski anusku masih
terbakar, namun merasa jauh lebih baik.

"Gimana? Enak kan?" tanya Adi, tersenyum mesum.

Supir itu mendekatkan tubuhnya sehingga bibirnya berhadapan dengan
bibirku. Lidahnya menjulur keluar, ingin bersentuhan dengan bibirku. Saya
tak keberatan dan membuka mulutku untuk menyambutnya. Lidah kami saling
terjulur dan bersentuhan. Tiba-tiba Adi menempelkan bibirnya ke bibirku.
Tapi dengan demikian, kontolnya semakin terdorong masuk. Saya mengerang
tertahan sambil melayani ciumannya.

Puas berciuman, Adi bangkit dan tersenyum melihatku telentang pasrah di
depannya. Kontolnya yang hangat terasa berdenyut di dalam liang
pembuanganku. Senyuman mesum mulai menghiasi wajahnya yang tampan itu.
Kemudian kurasakan kontolnya mulai bergerak keluar masuk. Awalnya rasa
sakit masih menyiksaku, panas dan nyeri. Nmaun saya mencoba untuk
menahannya. Adi tahu benar apa yang sedang saya rasakan tapi dia tidak
berkata apa-apa. Dia terus menyodomiku sambil berkomentar yang jorok-jorok.

"Aahh.. Ngentot.. Uuhh.. Doyan kontol kan? Aahh.. Rasakan kontol gue..
Uuhh.. Fuck you.. Oohh.. Pantat loe enak buat ngentot.. Oohh.. Uuhh.."

Semakin lama menyodomi, semakin dalam kontol Adi menghajar liang
pembuanganku. Saat prostatku terkena hajaran kontol yang ngaceng itu, rasa
nikmat merambati tubuhku. Mulanya terasa agak aneh karena tiap kali
prostatku terkena, kontolku makin ngaceng dan mengeluarkan precum. Selain
itu, detak jantungku makin cepat dan napasku terasa terhenti. Inikah
kenikmatan disodomi seperti yang sering kubaca di Internet?

"Aahh.. Aahh.. Oohh.." erangku, terangsang sekali.

Kulihat Adi sendiri sudah mulai berkeringatan. Wajahnya dihiasi dengan
ekspresi kenikmatan yang bercampur dengan kemesuman. Setetes keringat
bergelantungan di dagunya, yang kemudian jatuh ke atas leherku.

"Oohh.. Hhoohh.. Ngentot.. Aahh.. Lebih dalam, Bang.. Oohh.. Lebih kuat..
Aahh.. Kontol Bang Adi.. Uugghh.. Enak.. Hhoosshh.." saya meracau, memacu
nafsunya.

"Aahh.. Ngentot loe!! Aahh.. Dasar homo.. Oohh.. Fuck you! Oohh.. Rasakan
kontol gue.. Hhohh.."

Ritme ngentotnya pun semakin lama, semakin cepat. Deru napasnya terdengar
seperti napas banteng yang mengamuk. Sodokan kontolnya terasa makin kuat
sampai-sampai saya merasa prostatku bisa hancur. Tubuhku ikut
terguncang-guncang. Suasana bertambah erotis dengan derit ranjang Adi dan
erangan-erangan kami berdua. Kalau saja adegan ngentot kami itu diabadikan
dalam foto maupun film, pasti akan laku terjual!

"Aahh.. Gue suka ngentot loe.. Oohh.. Nikmati kontol gue.. Aahh.. Rasakan
kejantanan gue.. Oohh.. Gue bakal hamilin loe.. Uugghh.. Ama pejuh gue..
Oohh.. Loe milik gue sekarang.. Oohh.."

Sekali lagi, Adi membungkukkan tubuhnya yang bersimbah keringat, ingin
menciumi bibirku. Saya terima saja, dan malah mencoba untuk mencium balik
dengan nafsu yang lebih besar. Kontolku yang ngaceng dan basah
terperangkap di antara badan kami. Irama ngentot Adi dan pergesekkan
antara tubuhnya dan kontolku secara tak langsung telah membantu saya tiba
di tepi jurang orgasm. Precum-ku sudah membanjiri pusarku. Genangannya
bahkan sudah meleleh turun ke ranjang.

"Oohh.. Adi.. Oohh.. Saya suka kamu.." desahku saat kami selesai berciuman.

"Uugghh.. Ngentotin pantatku.. Oohh.. Ngentotin saya.. Aahh.. Saya mau
jadi.. Uugghh.. Milikmu.. Aahh.."

Meski meracau, saya sadar apa yang saya ucapkan. Adi memang seksi sekali
dan saya sadar bahwa saya tertarik apdanya, dan mau menajdi miliknya. Saya
tak berharap dia mau mencintaiku. Asalkan dia sudi mengentotku tiap hari,
saya sudah cukup senang. Di luar dugaan, Adi menjawab sambil
terengah-engah.

"Gue.. Oohh.. Juga sayang loe.. Oohh.. Gue mau bercinta ama loe.. Aahh..
Ngentot! Aahh.. Enak banget, sayang.. Oohh.. Sayang, gue udah mau keluar..
Oohh.. Terima pejuh gue.. Aahh.. Gue banjirin perut loe.. Oohh.. Ama pejuh
gue.. Aahh.. Aarrghh!! Ooh!! Aarggh!!" Sambil memeluk tubuhku kuat-kuat,
Adi membiarkan tubuhnya dikuasai orgasme. Melolong seperti serigala yang
kesakitan, Adi pun ngecret.

Ccrrott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Kontol yang perkasa itu berdenyut dan
menembakkan cairan kelaki-lakiannya. Pejuh Adi terlontar dalam sekali,
membanjiri ususku. Rasanya hangat dan nikmat. Saya ikut mengerang sambil
meremas-remas dadanya yang atletis itu.

"Aarggh!! Uuhh!! Oohh!! Hhoohh!! Hhoosshh!! Aahh!!"

Kulihat tubuhnya berguncang, bergetar, mengejang. Otot-otot perutnya
berkontraksi dengan hebat, nampak membesar dan hidup. Dada bidangnya
naik-turun, memompa udara sebanyak-banyaknya. Bahkan jakunnya pun
naik-turun.

"Aarrgghh!! Aahh.. Uugghh.."

Di saat orgasme Adi mulai mereda, giliranku untuk berorgasme. Kontolku
yang masih terjepit di bawah badan Adi menegang dan segera menyemprotkan
isinya. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Volume pejuh yang dimuntahkan
banyak sekali. Saya hanya bisa mengerang dan mendesah.

"Ooh.. Ooh!! Uuggh!! Oohh!! Aahh!! Uuhh!!"

Pejuhku yang kental dan hangat mengalir menuruni badanku yang telentang
dan lalu membasahi kasur. Adi masih saja terus menyodomiku sehingga
pejuhku tergesek-gesek seperti lotion.

"Aahh.. Oohh.." desahku saat prostatku masih saja terkena hajaran kontol
Adi yang masih setengah ngaceng.

"Uugghh.. Oohh.." Kami pun saling berpelukan sambil mengistirahatkan badan
kami.

"Aahh.. Enak banget, sayang," bisik Adi, menarik kontolnya keluar.

Saya mendesah saat kepala kontol itu meninggalkan isi perutku. Rasanya
kosong dan hampa. Supir tampan itu kembali mendaratkan beberapa ciuman di
wajahku.

"Besok, kita main lagi yach."

"Kenapa harus besok?" tanyaku, tersenyum nakal.

"Nanti juga bisa. Saya suka kontolmu. Top banget. Ngentotin saya lagi,
yach", pintaku.

Tanganku menjelajahi punggungnya yang berotot dan lebar itu. Aroma
keringat Adi yang bercampur bekas semprotan parfum tadi pagi kembali
merangsangku. Adi sampai kaget saat merasakan kontolku yang sudah lemas
pelan-pelan mulai bangun lagi. Dan dia memang mengentotinku sekali lagi.
Tak ada yang tahu akan hubungan rahasia kami, bahkan ayahku tak tahu. Adi
memang pengentot dan pecinta yang terbaik!

--
Using Opera's mail client: http://www.opera.com/mail/

4 komentar:

  1. Pria dewasa ingin pny Bf yg jujur,sederhana di jkrt. Call 081389913769

    BalasHapus
  2. Saya ari 32 th menerima jasa pijat panggilan khusus pria tinggal di kota malang...bgi yg berminat utk pijat dpt hub sy di : 087859733274....TDK MENRIMA SMS.

    BalasHapus
  3. Saya bot, jakut, masih virgin. WA : 087877611742..

    BalasHapus
  4. Saya bot, jakut, masih virgin. WA : 087877611742..

    BalasHapus