Sabtu, 05 April 2014

Dientot Sopir Baru

Papaku baru saja menyewa seorang supir baru karena supir yang lama
berhenti. Supir baru ini lebih muda, bernama Adi. Badannya masih tegap dan
umurnya 28, empat tahun lebih tua dibanding saya. Adi dikenalkan oleh
teman ayahku yang hendak pindah ke Singapur. Karena tak ingin Adi
menganggur, maka ia merekomendasikan Adi pada ayahku. Rumah ayahku memang
tidak besar, hanya kami berdua yang menempatinya. Adi menempati kamar
supir lama. Dalam sekejab, kamar sempit itu disulapnya menjadi kamar yang
sangat bernuansa maskulin. Bahkan aroma cologne murahannya tercium tajam
di setiap sudut kamarnya.

Ayahku percaya sekali pada Adi meski masih pegawai baru. Namun, saya
merasa ada sesuatu dalam dirinya yang misterius sekali, seakan-akan dia
menyembunyikan sesuatu. Untuk ukuran seorang supir, Adi memang melebihi
standar. Wajahnya tampan dan terkesan tangguh. Kehidupan masa lalunya
nampak sangat keras, tergambar jelas di wajahnya yang tampan itu. Kulitnya
tidak terlalu gelap, menyelimuti tubuhnya yang tegap dan atletis. Sebagai
seorang pria, saya diam-diam iri dengannya. Meskipun penampilan fisik Adi
memang luar biasa, namun nasibnya tidak begitu bagus sebab dia terjebak di
tangga karir sebagai seorang supir pribadi.

Tanpa ada yang tahu, saya sering mengintipnya mencuci mobil ayahku karena
dia selalu melakukannya sambil bertelanjang dada. Ah, betapa saya ingin
meremas dadanya itu. Tapi rasanya tak mungkin karena Adi terlihat sangat
heteroseksual. Tak mungkin dia mau ngentotin saya. Sejak dulu, saya sudah
sadar bahwa saya hanya tertarik pada pria, namun saya mencoba untuk
menekan sifat homoseksual-ku. Jika ayahku tahu, dia pasti akan marah.
Namun dengan kehadiran Adi, bebanku bertambah berat karena saya harus
menekan nafsuku terhadapnya.

Pernah, di suatu malam, saya menyelinap kelaur rumah dan diam-diam
bersembunyi di luar jendela kamar Adi. Dari balik jendela itu, kulihat Adi
sedang berbaring di ranjang sambil bertelanjang bulat. Kontolnya ngaceng
sekali seperti baja. Mulut Adi agak membuka, nampaknya dia sedang
mendesah-desah akibat rangsangan yang dia berikan pada kontolnya sendiri.
Tanpa ampun, kontolnya dikocok-kocok dengan kecepatan tinggi. Saya hanya
bisa menelan ludah melihat dadanya yang sempurna dan juga kontolnya yang
besar. Adi terlalu larut dalam lamunan joroknya sehingga dia tak menyadari
keberadaanku.

Kudengar dia mengerang, "Oohh.. Hhoohh.. Oohh.."

Kontolnya berdenyut-denyut di tangannya. Sesekali, Adi meludahi kontolnya
sebagai pelumas. Tidak tahan melihat adegan erotis itu, saya buru-buru
mengeluarkan kontolku sendiri dan mulai sibuk mengocoknya. Napasku
memburu-buru menyaksikan Adi membelai-belai dada bidangnya sendiri dengan
penuh sensualitas. Ingin rasanya kupeluk tubuhnya yang atletis dan seksi
itu.

"Aahh.." desahku saat kontolku mengeluarkan precum.

Sebutir cairan bening melepaskan dirinya dari lubang kontolku. Cairan itu
langsung kuambil dengan jariku, lalu kujilat. Mm.. enak sekali. Udara
malam yang dingin malah membuatku semakin terangsang. Setelah
bermenit-menit mengocok, akhirnya yang kutunggu-tunggu datang juga.
Kulihat Adi mulai gelisah, tubuhnya bergetar dna mengencang. Seluruh
ototnya berkontraksi seakan sednag menahan sesuatu. Wajah Adi yang ganteng
sedikit menyeringai menahan nikmat yang teramat sangat. Dan lalu..

Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Mataku hampir terbelalak saat kulihat
pejuh putih kentalnya muncrat ke atas dan jatuh kembali mendarat di atas
tubuhnya.

"Aarrgghh!! Hhoohh!! Oohh!! Uugghh!! Aahh!!" Adi terus-menerus mengerang
dan mendesah.

Tubuhnya yang kekar atletis itu mengejang-ngejang seperti orang kesurupan.
Kontol perkasa itu terus menembakkan pejuhnya selama beberapa kali sampai
akhirnya berhenti sama sekali. Kulihat, tubuh Adi basah kuyup dengan pejuh
bercampur keringat. Kolam pejuh sudah terbentuk di perutnya yang
berkotak-kotak akibat ejakulasinya tadi. Tanpa rasa jijik, Adi meraup
pejuhnya dengan tangannya dan kemudian mendekatkannya ke bibirnya.

Dengan mata kepalaku sendiri, kusaksikan cairan kejantanannya menete ke
dalam mulutnya. Adi menelan pejuhnya sendiri! Dan dia nampak sangat
menyukainya. Saya tak sempat menyaksikan apa yang diperbuat Adi
selanjutnya sebab orgasmeku sendiri hampir datang. Sambil menahan
eranganku, saya membiarkan tubuhku dikejangkan oleh orgasmeku.

"Hhoohh!! Oohh!! Oohh!! Hhoohh!!" Pejuhku dimuntahkan ke atas rerumputan.
Tubuhku tak berdaya, diguncnag orgasme dan saya harus berpegangan pada
tembok jika saya tak mau terjatuh.

Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Hampir selama semenit, saya mendesah dan
mengejang. Rasanya nikmat sekali. Kubayangkan betapa nikmatnya
berejakulasi dalam pelukan Adi. Oh, saya berharap mimpiku dapat terwujud
suatu saat. Kemudian, saya buru-buru kembali masuk ke dalam rumah, dan
kembali memerankan peranku sebagai pria heteroseksual. Setiap pagi, Adi
bangun dan mencuci mobil, lalu mengantarkan ayahku ke kantor. Adi kemudian
pulang lagi sampai sore dan lalu menjemput ayahku. Begitulah kegiatannya
sehari-hari. Namun terkadang, saya merasa seolah-olah Adi juga sering
menatapku secara diam-diam. Misteri dalam diri Adi semakin besar, hingga
suatu ketika, saya mengetahui apa yang disembunyikannya selama ini..

Suatu pagi, saya kembali mengintipnya dari balik jendelaku. Jendela
kamarku kebetulan menghadap keluar sehingga kapan pun Adi sedang sibuk
mencuci mobil, saya pasti berkesempatan untuk mengintip tubuhnya. Pagi
itu, entah kenapa, Adi hanya mengenakan celana dalamnya yang terlihat
usang. Dengan santai, dia mencuci mobil ayahku. Tentu saja air terciprat
dan membasahi celana dalamnya itu. Dalam sekejab mata, celana itu basah
kuyup. Berhubung celana itu agak tipis, pantatnya yang padat itu tercetak
dengan jelas. Kontolku langsung ngaceng. Birahiku menyala-nyala. Tak kuat
membendung nafsuku, saya buru-buru melepas celanaku dan mengeluarkan
kontolku.

"Aahh.." desahku melihat adegan erotis itu.

Adi nampak sengaja meliuk-liukkan pinggulnya, seakan menggodaku.
Tiba-tiba, Adi membalikan tubuhnya. Tentu saja saya kaget setengah mati.
Untung saja jendelaku diselimuti tirai sehingga tubuhku agak tersamar.
Dari balik tirai, kusaksikan cetakan kontolnya di balik celana dalam basah
itu.

"Aahh, besar sekali," gumamku, penuh nafsu.

Kontolku sendiri mulai bocor dengan precum. Kuperas-peras batang kontolku
dan semakin banyak precum yang keluar. Sambil ngocok, saya memata-matai
gerak-gerik Adi. Sesekali kulihat Adi sengaja mengelus-ngelus kontolnya
dari balik celananya.

"Oohh.. Hhoohh.. Hhoosshh.." Napasku makin berat dan tak beraturan.

Kubayangkan bagaimana nikmatnya bercinta dengan supir itu, merasakan
tubuhnya, memegang kontolnya, dan dingentot. Semua bayangan-bayangan
erotis itu, ditambah dengan live-show yang sedang digelar Adi di luar,
memacu orgasme. Kontolku semakin ngaceng dan basah, namun saya tetap
memerasnya sampai..

"Oohh.. Oohh.. Aarrgghh!!"

Kontolku berdenyut keras tiap kali pejuh dimuntahkan keluar. Tubuhku
bergetar dan mengejang, seiring dengan gelombang orgasme yang kurasakan.

Ccrrott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Tirai tempat persembunyianku juga ikut
bergerak, terkena tubuhku. Tanpa kusadari, tirai itu tersibak, dan Adi tak
snegaja melihatnya. Dia menyaksikan bagaimana saya dikuasai orgasme.

"Aarggh!! Oohh!! HhoH!! Aahh!!" erangku, terus saja memerah kontolku.

Pejuhku bermuncratan ke atas lantai, menciptakan genangan pejuh.

"Oohh.. Hhohh.. Hhsshh.."

Dan semuanya kembali seperti semula. Kontolku mengempis, napasku kembali
teratur, dan saya tersadar kembali. Saat kuintip Adi, ternyata supir itu
sudah tidak ada dan mobil ayahku sudah bersih mengkilap. Tanpa
sepengetahuan siapa pun, Adi sedang merencanakan aksi pemerkosaan
terhadapku! Siang itu setelah mengantarkan ayahku, Adi menghampiriku di
dapur. Saya baru saja selesai makan siang dan hendak mencuci piring saat
Adi tiba-tiba berdiri di belakangku.

Dengan sensual, ditempelkannya tubuhnya ke punggungku. Sebuah benjolan
mendorong-dorong pantatku. Tentu saja saya jadi kaget tapi senang. Namun
di lain pihak, saya takut kalau itu hanyalah jebakan saja. Bagaimana jika
dia hanya ingin mengetesku saja? Maka kuputuskan untuk tetap memainkan
peran sebagai seorang pria 'straight'. Berpura-pura tersinggung, kudorong
tubuhnya dengan punggungku.

"Kenapa sih, Bang Adi? Salah minum obat yach?"

Saat kubalikkan badanku, saya baru sadar bahwa Adi sudah bertelanjang
dada. Pantas saja, saat dia menempelkan badannya ke punggungku, saya dapat
merasakan dengan jelas setiap kontur dadanya yang berotot. Badan Adi yang
atletis mengingatkanku pada badan Jason Brooks, cowok ganteng yang
berperan sebagai Sean Monroe di Baywatch Hawaii. Puting Adi yang
kecoklatan nampak menegang dan melenting, menjaga otot pektoralnya yang
aduhai.

Di bawah dada bidang itu, nampak otot perut six-pack yang kotak-kotak
seperti papan cuci. Rambut-rambut halus tumbuh menyebar di dada Adi, lalu
turun ke belahan six-pack-nya, dan kemudian menghilang di balik celana
panjang hitamnya. Untuk sejenak, saya terhanyut dalam lamunanku,
membayangkan isi di balik celana itu. Keringat dingin mulai mengucur saat
saya menyadari apa yang sedang Adi lakukan.

Dia sedang menggodaku! Dan celakanya, tak ada seorang pun di rumah selain
Adi dan saya. 'Astaga, jika Adi benar homoseksual, apakah dia akan
memperkosaku,' tanyaku panik pada diriku sendiri. Tak ada seorang pun di
dunia ini yang mau diperkosa, bahkan pria gay sekalipun, karena
pemerkosaan berkonotasi negatif dan kasar. Namun entah kenapa, tiba-tiba
saya terangsang sekali. Saya membayangkan diriku terbaring bugil tak
berdaya di lantai sementara Adi mengentotinku dengan kasar. Kontolku mulai
tegang dan tercetak di balik celanaku. Saya sama sekali tak menyadarinya,
namun Adi sadar dan telah melihatnya!

"Tenang saja, gue gak bakal nyakitin loe. Gue cuma mau bersenang-senang
saja, kok," kilahnya.

Kedua matanya bersinar penuh nafsu. Saya tidak tahu setan apa yang sedang
merasukinya. Mataku bergerak turun dan kulihat sebuah tonjolan besar
menghias celana panjangnya. Sebagai seorang pria, saya tahu benar bahwa
sekali nafsu hinggap dalam diri seorang pria, pria itu pasti akan
melakukan apa pun untuk memuaskan nafsunya itu. Tanpa malu, Adi meraih
benjolan celananya dan sibuk mengurutnya.

"Loe mau nyoba kontol gue?" "Omong apa sih loe?" tanyaku, berusaha
terdengar galak.

Tapi nampaknya tak berhasil sebab suara yang keluar malah suara yang
gemetaran.

"Gak usah pura-pura deh. Loe homo juga kan?" kata Adi lagi, mendekat.

Tangannya yang satu lagi dipakainya untuk meremas-remas dadanya yang
bidang.

"Loe suka badan gue? Ngaku aja.. Gue tau, loe suka ngintipin badan gue
tiap pagi saat gue lagi cuci mobil Papa loe. Tadi pagi, gue liat loe
sedang coli dan berorgasme hanya dengan mengintip badan gue."

Saya mulai bingung, apakah saya harus mengakui homoseksualitasku padanya.
Di tengah kebingunganku, Adi menyambung.

"Kebetulan, nih. Gue lagi horny. Ayo, temenin gue di ranjang."

Dengan tangannya yang kuat, Adi memelintir tanganku ke belakang. Saya
kontan mengaduh kesakitan. Saya tak berdaya saat Adi menyeretku masuk ke
kamarnya. Dengan kasar, Adi membanting tubuhku ke ranjangnya. Aroma
tubuhnya yang jantan, bercampur dengan aroma parfum murahannya,
menyambutku. Namun kontolku yang tadi ngaceng sudah telanjur lemas
kembali. Saya ingin berteriak tapi Adi dengan sigap menyumpal mulutku
dengan celana dalam bekasnya! Aroma jantan yang sangat menyengat langsung
menyerang lidah dan hidungku.

Bau kencing dan pejuh bercampur satu dan terasa asin di lidah. Untuk
sesaat, saya dibuat pusing olehnya. Badanku terasa lemas saat aroma
maskulinnya menusuk hidung dan ragaku. Saat itu segera dipergunakan Adi
untuk mengikat tanganku ke belakang dengan borgol! Entah dia dapat
darimana. Saya tentu saja kaget dan ingin meronta, tapi tak mampu.
Bagaikan boneka kain, saya tergolek di ranjangnya tak berdaya dan pasrah.

Dengan sebilah pisau lipat, Adi mulai melucuti pakaianku. Saya kaget juga
melihat pisau itu; takut akan dilukai oleh Adi. Maka dari itu, saya tak
berani memberontak. Dengan bunyi BRET! Kaos dan celana pendekku
tercabik-cabik. Malunya saya saat menyadari bahwa saya tidak bercelana
dalam. Begitu celanaku habis dipotong-potong, kontolku yang lemas pun
langsung terekspos. Puas melihatku lemas karena aroma kejantanan dari
celana dalamnya, Adi membebaskan mulutku, tapi tanganku masih terborgol ke
belakang. Adi mulai beraksi.

Di atas ranjangnya, dia mulai menggerayangi tubuhku. Berbaring di atas
tubuhku, Adi memeluk tubuhku. Mula-mula, Adi sibuk menciumiku. Lidahnya
ingin memaksa masuk tapi saya berusaha menahannya. Alhasil, supir muda
yang ganteng itu cuma berhasil membasahi bibirku dengan ludahnya saja. Tak
puas, dia mencengkeram pipiku kuat-kuat. Secara refleks, saya mengaduh
kesakitan dan terbukalah mulutku. Kesempatan itu segera dimanfaatkannya
untuk memberiku ciuman french-kiss. Lidahnya langsung menyerbu masuk
Mula-mula saya merasa mual sekali; jijik dengan air liur Adi yang
bercampur denganku. Tapi Adi terus memaksa dan saya pun akhirnya menyerah.
Kubiarkan lidahnya menyapu lidahku dan gusiku. Dorongan untuk menciuminya
mulai timbul.

Kuberanikan diriku untuk menyambut lidahnya. Getaran nikmat mulai mengisi
jiwaku. Untuk pertama kalinya, saya benar-benar merasakan diinginkan oleh
pria lain. Kuciumi dia dengan penuh nafsu dan Adi membalasnya dengan penuh
nafsu juga. Selama bermenit-menit, kami tenggelam dalam kenikmatan
berciuman. Saat Adi melepaskan bibirku, saya merasa kosong sekali. Hatiku
berdebar kencang, masih takut akan kemungkinan bahwa Adi cuma ingin
menjebakku saja. Entah kenapa, Adi malah membebaskan tanganku. Saya bisa
saja melarikan diri tapi sebagian dari diriku memang menginginkan untuk
diperkosa oleh Adi.

"Kontol yang indah," gumam Adi, air liurnya hampir menetes keluar.

"Gue paling suka kontol Cina. Ah, belum disunat lagi."

Dengan bernafsu, Adi langsung membungkukkan badannya dan menyikat
kontolku. Secara refleks, saya ingin menendangnya, tapi melihat pisau itu
saya jadi tak berani. Tanpa jijik, Adi mengambil kontolku dan
memain-mainkannya agar kontolku cepat berdiri.

"Lihat aja, gue bakal bikin loe ngaceng. Kontol loe bakal jadi milik gue.
Badan loe juga. Loe bakal jadi pemuas birahi gue kapan pun gue mau.
Ngerti?"

Tak berdaya, saya hanya bisa mengerang dengan penuh keputus-asaan saat
kurasakan bahwa kontolku mulai ngaceng. Saya kecewa sekali akan
pengkhianatan kontolku; tak percaya bahwa saya bisa dirangsang oleh sesama
pria. Tapi tangan Adi memang terasa nikmat dan hangat di kontolku. Dengan
bernafsu, Adi memompa kontolku naik-turun.

"Aarrgghh.." erangku tanpa daya.

Kulup kontolku bergeser ke bawah dan menampilkan kepala kontolku yang
sensitif. Ketika tangan Adi menyentuhnya, saya mengerang-ngerang
kesakitan. Sakit sekali rasanya, seperti terkena amplas saja.

"Wah, anak majikan rupanya bisa terangsang ama gue," ejek Adi, matanya
menyorot tajam ke arahku.

Mengetahui rasa sakit yang kualami pada kontolku, Adi cukup berbaik hati
dengan meludahi kepala kontolku. Ludahnya yang licin itu memberi
kenikmatan tersendiri saat telapak tangannya yang kasar menyentuh-nyentuh
kontolku.

"Enak kan? Loe pasti bakal ketagihan kontol gue nanti. Sekarang, gue emut
dulu yach kontol loe. Pasti enak," celoteh Adi tanpa mempedulikanku.

Tanpa keraguan sedikit pun, Adi membuka mulutnya lebar-lebar lalu
berjongkok di tepi ranjang. Kontolku yang berdenyut-denyut di tangannya
itu dimasukkannya ke dalam mulutnya. Saya hanya dapat menyaksikannya
dengan rasa tak percaya.

"Aarrgghh.." erangku saat kehangatan yang basah membungkus kontolku.

"Oohh.. Uugghh.." Saya mengerang tak karuan, menahan nikmat yang teramat
sangat. Baru kali ini, kontolku disedot oleh seorang pria. Dan rasanya
memang beda banget.

"Aarrgghh.." erangku saat Adi mengemut kepala kontolku lebih keras.

Lidahnya yang panas dan basah menari-nari di atas kontolku. Hisapannya pun
kuat sekali sampai-sampai saya merasa pejuhku bakal kesedot keluar. Saya
berhenti melawan dan malah memegangi kepalanya agar dia bisa menyedot
lebih kuat lagi.

"Aarrgghh.. Sedot lagi, Adi.. Yahh.. Oohh.. Enak banget.. Aarrgghh.."

Tiba-tiba, Adi berhenti menyedot dan berdiri menjauh. Buru-buru,
dilepaskannya celana panjang hitamnya itu. Celana itu kemudian ditendang
ke pojok ruangan. Saya agak ketakutan saat melihat benjolan besar di balik
celana dalamnya. Noda basah menghiasi celana dalam itu; Adi memang sudah
sangat terangsang. Tanpa malu, Adi melepas celana dalamnya. Kontolnya yang
tegang langsung melompat keluar, berdenyut-denyut seperti makhluk hidup.
Kepala kontolnya yang bersunat berkilauan di tertimpa cahaya matahari
siang. Adi lalu naik ke ranjang dan menyodorkan kontolnya ke mulutku.

"Sepong kontol gue. Ayo, jangan malu-malu. Sedot aja yang kuat. Anggap aja
kontolku ini permen lolipop yang enak, yang harus dijilat dna diemut."
Rasa takut merambat sekujur tubuhku. Namun dorongan homoseksualku terasa
begitu kuat. Tanpa kusadari, tanganku bergerak maju dan menggenggam batang
kejantanan Adi. Batang itu terasa hangat dan hidup. Pelan-pelan,
kudekatkan wajahku ke kontol itu.

Aroma kontol yang menyengat langsung memenuhi lubang hidungku, dan masuk
ke dalam otakku. Aroma itu begitu kuat dan saya pun tersihir. Saya harus
mendapatkan kontol itu! Tanpa sadar, saya langsung memasukkan kontol itu
ke dalam mulutku. Lidahku langsung disambut dengan rasa asin yang licin.
Dan di luar dugaan, saya menyukainya! Tiba-tiba, tembok pertahananku
runtuh. Saya tak peduli akan apapun, saya hanya ingin merasakan nikmatnya
berhomoseks. Adi tersenyum mesum saat melihatku menanggalkan topengku.

Dia berkata, "Gue udah tau kalo loe pasti homo. Mata gue gak pernah salah.
Loe hanya butuh sedikit paksaan untuk menunjukkan warna asli loe.. Aahh.."
Omongannya terhenti saat saya menjilat-jilat lubang kontolnya.

"Oohh.. Yyeeaahh.. Jilat terus, homo.. Hhoosshh.. Buat gue ngecret..
Aahh.. Hisap yang kuat.. Mm.. Enak kan? Hhoohh.. Aarrgghh.."

Saya terus menjilat seperti seorang pria murahan. Tak mudah loh menjilat
dalam keadaan terbaring. Walaupun saya belum pernah berhomoseks, tapi saya
sering melihat film porno gay. Dari situ, saya tahu teknik menyedot
kontol. Jujur kuakui, menonton lebih mudah daripada melakukan sebab kontol
Adi terasa menyumpal mulutku. SLURP! SLURP! Lidahku menjalari dan
membungkus kepala kontol itu. Precum pun dikeluarkan sebagai penghargaan
atas apa yang kulakukan. Saat lidahku menyapu bagian bawah kepala kontol
milik sang supir itu, badannya bergetar dan erangan nikmat pun terdengar.

Rupanya bagian itu adalah zona erotisnya. Tanpa ampun, kuserang bagian itu
dengan lidahku. Erangan nikmat Adi terdengar makin keras, bergema di dalam
kamar itu. Makin banyak precum yang keluar dari lubang kontolnya. Mm..
Semua kujilat habis. Semakin kuat saya menyedot kontol itu, semakin keras
erangan nikmat yang keluar dari mulutnya. Saat sedang asyik menghisap,
tiba-tiba Adi mengerang.

"Oohh.. Gw mo keluar.. Aarrhh.. Oohh.."

Secara refleks, saya ingin berhenti menyedot agar muncratan pejuh Adi
tidak mengenai mulutku, namun Adi malah memegangi kepalaku kuat-kuat.
Dengan kasar, kepalaku ditekan ke arah kontolnya sehingga kepala kontol
Adi bersarang di kerongkonganku. Tak biasa, saya mulai terbatuk-batuk dan
mual. Adi lalu mendorong mundur kepalaku, tapi kemudian menariknya
kembali. Rupanya Adi sedang mengentot mulutku! Sebelum saya sempat
menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, tiba-tiba muntahan pejuh
panas membanjiri mulutku dan menuruni kerongkonganku.

Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Seiring dengan tiap muncratan pejuh, Adi
melenguh panjang.

"Aargghh!! Oohh!! Aahh!! Uuhh!! Aahh!!" Tubuhnya yang atletis itu
terguncang-guncang, dikuasai orgasme.

Makin banyak pejuh yang tertelan olehku. Rasanya agak pahit dan asin,
terasa kental-kental licin di lidah. Mula-mula memang terasa mual, tapi
belakangan saya malah menelannya dengan penuh kenikmatan. Bunyi
kecipak-kecipok terdengar saat Adi masih saja mengentotin mulutku yang
banjir pejuh. Alhasil, sebagian pejuh yang telah bercampur air liurku
mengalir turun dari kedua sisi bibirku. Baru kemudian, Adi melepaskanku.
Kelelahan, si supir bejat itu membaringkan tubuhnya di sampingku.

Tanpa meminta persetujuanku, tubuhku dipeluk seakan saya adalah kekasih
homoseksualnya. Terbaring bugil di dalam pelukan Adi, bersimbah keringat
dan percikan pejuh, saya tak merasa menyesal telah melepaskan sisi
homoseksualitasku. Saya ingin mencoba hal yang lain. Saya mau dianal alias
dingentot!

Tanpa malu, saya berbisik di telinganya, "Ngentotin saya donk." Adi kaget
mendengar permintaanku. Kedua matanya terbuka lebar, tak percaya.

"Apa kata loe? Pengen dingentot?" Supir itu lalu tertawa, namun tawanya
terdengat bejat.

"Tentu aja, gue gak bakal lepasin loe sebelum gue mendapatkan lobang loe."

Dengan pandangan mesum, Adi duduk sambil mencoli kontolnya yang belepotan
pejuh. Dalam sekejab, kontol itu kembali bangkit dan keras! Astaga, Adi
sungguh seorang pejantan!

"Ayo, bersiaplah. Kontol ini bakal menghajar pantat loe."

Supir itu turun dari ranjang dan berdiri di dekatku. Tubuhku yang masih
terbaring ditarik mendekat. Kedua kakiku diangkat tinggi kemudian ditaruh
di atas pundaknya yang lebar. Sementara bantal yang sering dipakainya
untuk tidur disisipkan di bawah pinggulku. Dalam proses itu, kontol Adi
yang ngaceng selalu bersentuhan dnegan anusku yang berkedut-kedut.
Birahiku makin menguat, tak sabar ingin segera dingentot.

"Oke, deh. Semua siap. Bentar lagi, loe bakal jadi milik gue. Gue tau loe
doyan kontol. Loe pasti suka kontol gue."

Dan dengan itu, Adi mulai memaksakan kontolnya masuk. Saya mulai merasakan
sakit pada bibir anusku. Anusku yang masih perjaka dipaksa membuka oleh
kontol yang besar itu. Kontol itu masih basah dengan pejuh, namun
jumlahnya masih kurang banyak untuk melumasi anusku. Tentu saja hal itu
meyulitkan penetrasi dan membuatku agak kesakitan. Anusku terbuka makin
lebar dan ujung kepala kontol Adi sudah masuk sedikit. Wajah Adi meringis
karena nikmat.

"Aahh.. Sempit banget.. Aahh.. Loe pasti masih virgin.. Uuhh.. Enak
banget.. Gak nyangka bisa dapatin virgin.. Aahh.. Anak bos lagi.. Uuhh.."

Adi mungkin sangat menikmati proses penetrasi yang sulit itu, tapi saya
sebaliknya kesakitan.

"Aahh.. Sakit, Bang Adi.. Aahh.. Bang, stop, Bang.. Aahh.. Sakit banget..
Oohh.." Saya merintih dengan mata berair.

Bibir anusku terasa panas terbakar akibat pergesekkan yang sulit itu. Saya
ingin sekali melepaskan diri dari kontolnya, namun Adi memegangi tubuhku
kuat sekali. Saya tak berdaya melawannya. Lagipula, sebagian dari diriku
memang ingin sekali disodomi olehnya. Tapi Adi tak mempedulikanku.

Dia cuma berkata," Tahan aja.. Oohh.. Jangan cengeng.. Aahh.. Loe kan
cowok.. Terima donk kayak cowok sejati.. Uuggh.. Lagian, bentar lagi juga
enak kok.. Oohh.."

Rasanya seperti bertahun-tahun sampai akhirnya.. PLOP! Masuk sudah kepala
kontol itu. Saya menghela napasku, lega sekali. Meski anusku masih
terbakar, namun merasa jauh lebih baik.

"Gimana? Enak kan?" tanya Adi, tersenyum mesum.

Supir itu mendekatkan tubuhnya sehingga bibirnya berhadapan dengan
bibirku. Lidahnya menjulur keluar, ingin bersentuhan dengan bibirku. Saya
tak keberatan dan membuka mulutku untuk menyambutnya. Lidah kami saling
terjulur dan bersentuhan. Tiba-tiba Adi menempelkan bibirnya ke bibirku.
Tapi dengan demikian, kontolnya semakin terdorong masuk. Saya mengerang
tertahan sambil melayani ciumannya.

Puas berciuman, Adi bangkit dan tersenyum melihatku telentang pasrah di
depannya. Kontolnya yang hangat terasa berdenyut di dalam liang
pembuanganku. Senyuman mesum mulai menghiasi wajahnya yang tampan itu.
Kemudian kurasakan kontolnya mulai bergerak keluar masuk. Awalnya rasa
sakit masih menyiksaku, panas dan nyeri. Nmaun saya mencoba untuk
menahannya. Adi tahu benar apa yang sedang saya rasakan tapi dia tidak
berkata apa-apa. Dia terus menyodomiku sambil berkomentar yang jorok-jorok.

"Aahh.. Ngentot.. Uuhh.. Doyan kontol kan? Aahh.. Rasakan kontol gue..
Uuhh.. Fuck you.. Oohh.. Pantat loe enak buat ngentot.. Oohh.. Uuhh.."

Semakin lama menyodomi, semakin dalam kontol Adi menghajar liang
pembuanganku. Saat prostatku terkena hajaran kontol yang ngaceng itu, rasa
nikmat merambati tubuhku. Mulanya terasa agak aneh karena tiap kali
prostatku terkena, kontolku makin ngaceng dan mengeluarkan precum. Selain
itu, detak jantungku makin cepat dan napasku terasa terhenti. Inikah
kenikmatan disodomi seperti yang sering kubaca di Internet?

"Aahh.. Aahh.. Oohh.." erangku, terangsang sekali.

Kulihat Adi sendiri sudah mulai berkeringatan. Wajahnya dihiasi dengan
ekspresi kenikmatan yang bercampur dengan kemesuman. Setetes keringat
bergelantungan di dagunya, yang kemudian jatuh ke atas leherku.

"Oohh.. Hhoohh.. Ngentot.. Aahh.. Lebih dalam, Bang.. Oohh.. Lebih kuat..
Aahh.. Kontol Bang Adi.. Uugghh.. Enak.. Hhoosshh.." saya meracau, memacu
nafsunya.

"Aahh.. Ngentot loe!! Aahh.. Dasar homo.. Oohh.. Fuck you! Oohh.. Rasakan
kontol gue.. Hhohh.."

Ritme ngentotnya pun semakin lama, semakin cepat. Deru napasnya terdengar
seperti napas banteng yang mengamuk. Sodokan kontolnya terasa makin kuat
sampai-sampai saya merasa prostatku bisa hancur. Tubuhku ikut
terguncang-guncang. Suasana bertambah erotis dengan derit ranjang Adi dan
erangan-erangan kami berdua. Kalau saja adegan ngentot kami itu diabadikan
dalam foto maupun film, pasti akan laku terjual!

"Aahh.. Gue suka ngentot loe.. Oohh.. Nikmati kontol gue.. Aahh.. Rasakan
kejantanan gue.. Oohh.. Gue bakal hamilin loe.. Uugghh.. Ama pejuh gue..
Oohh.. Loe milik gue sekarang.. Oohh.."

Sekali lagi, Adi membungkukkan tubuhnya yang bersimbah keringat, ingin
menciumi bibirku. Saya terima saja, dan malah mencoba untuk mencium balik
dengan nafsu yang lebih besar. Kontolku yang ngaceng dan basah
terperangkap di antara badan kami. Irama ngentot Adi dan pergesekkan
antara tubuhnya dan kontolku secara tak langsung telah membantu saya tiba
di tepi jurang orgasm. Precum-ku sudah membanjiri pusarku. Genangannya
bahkan sudah meleleh turun ke ranjang.

"Oohh.. Adi.. Oohh.. Saya suka kamu.." desahku saat kami selesai berciuman.

"Uugghh.. Ngentotin pantatku.. Oohh.. Ngentotin saya.. Aahh.. Saya mau
jadi.. Uugghh.. Milikmu.. Aahh.."

Meski meracau, saya sadar apa yang saya ucapkan. Adi memang seksi sekali
dan saya sadar bahwa saya tertarik apdanya, dan mau menajdi miliknya. Saya
tak berharap dia mau mencintaiku. Asalkan dia sudi mengentotku tiap hari,
saya sudah cukup senang. Di luar dugaan, Adi menjawab sambil
terengah-engah.

"Gue.. Oohh.. Juga sayang loe.. Oohh.. Gue mau bercinta ama loe.. Aahh..
Ngentot! Aahh.. Enak banget, sayang.. Oohh.. Sayang, gue udah mau keluar..
Oohh.. Terima pejuh gue.. Aahh.. Gue banjirin perut loe.. Oohh.. Ama pejuh
gue.. Aahh.. Aarrghh!! Ooh!! Aarggh!!" Sambil memeluk tubuhku kuat-kuat,
Adi membiarkan tubuhnya dikuasai orgasme. Melolong seperti serigala yang
kesakitan, Adi pun ngecret.

Ccrrott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Kontol yang perkasa itu berdenyut dan
menembakkan cairan kelaki-lakiannya. Pejuh Adi terlontar dalam sekali,
membanjiri ususku. Rasanya hangat dan nikmat. Saya ikut mengerang sambil
meremas-remas dadanya yang atletis itu.

"Aarggh!! Uuhh!! Oohh!! Hhoohh!! Hhoosshh!! Aahh!!"

Kulihat tubuhnya berguncang, bergetar, mengejang. Otot-otot perutnya
berkontraksi dengan hebat, nampak membesar dan hidup. Dada bidangnya
naik-turun, memompa udara sebanyak-banyaknya. Bahkan jakunnya pun
naik-turun.

"Aarrgghh!! Aahh.. Uugghh.."

Di saat orgasme Adi mulai mereda, giliranku untuk berorgasme. Kontolku
yang masih terjepit di bawah badan Adi menegang dan segera menyemprotkan
isinya. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Volume pejuh yang dimuntahkan
banyak sekali. Saya hanya bisa mengerang dan mendesah.

"Ooh.. Ooh!! Uuggh!! Oohh!! Aahh!! Uuhh!!"

Pejuhku yang kental dan hangat mengalir menuruni badanku yang telentang
dan lalu membasahi kasur. Adi masih saja terus menyodomiku sehingga
pejuhku tergesek-gesek seperti lotion.

"Aahh.. Oohh.." desahku saat prostatku masih saja terkena hajaran kontol
Adi yang masih setengah ngaceng.

"Uugghh.. Oohh.." Kami pun saling berpelukan sambil mengistirahatkan badan
kami.

"Aahh.. Enak banget, sayang," bisik Adi, menarik kontolnya keluar.

Saya mendesah saat kepala kontol itu meninggalkan isi perutku. Rasanya
kosong dan hampa. Supir tampan itu kembali mendaratkan beberapa ciuman di
wajahku.

"Besok, kita main lagi yach."

"Kenapa harus besok?" tanyaku, tersenyum nakal.

"Nanti juga bisa. Saya suka kontolmu. Top banget. Ngentotin saya lagi,
yach", pintaku.

Tanganku menjelajahi punggungnya yang berotot dan lebar itu. Aroma
keringat Adi yang bercampur bekas semprotan parfum tadi pagi kembali
merangsangku. Adi sampai kaget saat merasakan kontolku yang sudah lemas
pelan-pelan mulai bangun lagi. Dan dia memang mengentotinku sekali lagi.
Tak ada yang tahu akan hubungan rahasia kami, bahkan ayahku tak tahu. Adi
memang pengentot dan pecinta yang terbaik!

--
Using Opera's mail client: http://www.opera.com/mail/

Nyoblos Caleg ala Dukun Sarmadji

Din, setelah dua orang ibu-anak itu, aku mau istirahat." kata Dukun
Sarmadji dari dalam biliknya usai memberikan susuk pada seorang pasien.
Udin bergegas keluar menghampiri dua pasien berikutnya dan mempersilahkan
masuk ke ruang praktek Dukun Sarmadji. Dukun Sarmadji adalah dukun yang
terkenal di daerah Jawa Timur. Keahliannya sangat tersohor, dari pelet
sampai santet. Dari pengelaris sampai jabatan, dia tiada bandingannya.
Ruang praktiknya dipenuhi oleh benda-benda pusaka, dan segenap wewangian
kemenyan serta sesaji bagi iblis sesembahannya menambah keangkeran dukun
berusia 60 tahun dengan jambang lebat memenuhi wajahnya. Pasien berikutnya
adalah Nyonya Dieta dan diantar oleh puterinya Lisa. Nyonya Dieta adalah
wanita berumur 45 tahun yang sangat anggun. Dia sengaja datang ke Jawa
Timur selain untuk menghadiri resepsi karibnya kemarin, juga mengunjungi
Sang Dukun yang sakti mandraguna ini. Sengaja dia minta antar puterinya,
karena kesibukan suaminya sebagai pengusaha yang mengharuskan melakukan
perjalanan bisnis ke Eropa. Gaun malamnya menambah kecantikan yang tidak
pernah pudar dari wanita berparas cantik ini. Di sampingnya adalah puteri
sulungnya Lisa yang tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan
tinggi swasta di Jakarta. Menurun dari ibunya, Lisa yang masih 18 tahun
ini juga memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan Sang Ibu. Gadis ini
tampil santai dengan kaos merek Zara yang ketat lengkap dengan jeans hitam
yang lekat dengan pahanya yang masih ramping.
"Silahkan duduk Nyonya Dieta dan Dik Lisa…." kata Dukun Sarmadji
mempersilahkan dua pasien terakhirnya ini untuk duduk di karpet tepat di
depan meja praktiknya. Mata sang dukun yang tadinya lelah sontak kembali
berbinar. Amboi, cantik benar dua makhluk ini. Mulus, dada montok, dan
ah….ternyata tidak cuma mata sang dukun yang berbinar, penis Dukun
Sarmadji pun ikut memberikan sinyal soal santapan malam yang indah dari
dua wanita cantik ini.
Belum sempat dua pasiennya menyembunyikan kekagetan dengan kemampuan Sang
Dukun menebak nama-nama mereka. Dukun Sarmadji kembali berkata,

"Nyonya Dieta tidak usah kuatir. Nyonya pasti bisa jadi anggota dewan
tahun ini….Bukankah begitu yang nyonya inginkan?"
"Be..benar…Mbah Dukun. Darimana Mbah tahu maksud saya?" tanya Nyonya Dieta
makin kaget sekaligus makin percaya pada kesaktian sang dukun. Nyonya
Dieta memang salah satu caleg dari parpol pada pemilu tahun ini. Dan di
saat peraturan bukan lagi pada nomor urut, melainkan suara terbanyak,
membuat sang nyonya menjadi ketar-ketir.
"Hahahaha…iblis, setan dan jin mengetahui semua maksud di hati." kata
Dukun Sarmadji bangga. "Tapi, ini tidak gampang, Nyonya…."
"Maksud Mbah Dukun? Bagaimana caranya? Apa saja akan saya lakukan untuk
itu Mbah." kata Nyonya Dieta tidak sabar.
"Aura kharisma Nyonya tertutupi oleh tabir gelap sehingga tidak keluar.
Harus ada banyak pengorbanan, dan sesembahan agar itu semua keluar. Tapi
itu ada ritualnya, bisa diakali, Nyonya tidak perlu kuatir." Kali ini
Dukun Sarmadji mulai ngawur. Semua kalimatnya sengaja dirancang untuk
mendapatkan keuntungan dari dua wanita cantik ini. "Kamu dan puterimu
harus total mengikuti ritual yang akan saya siapkan. Sanggup?"

"Sanggup,Mbah"

"Dik Lisa sanggup membantu Mama?" tanya dukun yang sedang horny ini pada
puterinya.

"Sanggup,Mbah." Sahut Lisa demi sang mama tercintanya.

Mulailah Dukun Sarmadji komat-kamit sambil melempar kemenyan pada
pembakarannya. Matanya tiba-tiba melotot. Dan suaranya menjadi parau.

"Kalian berdua ikut aku ke ruang sebelah….Sebelumnya Nyonya minum air
dalam kendi ini. Air suci dari negeri jin Timur Tengah." Dukun Sarmadji
menyodorkan kendi yang memang disiapkan khusus, dengan rerempahan yang
mengandung unsur perangsang yang sangat kuat.

Niat kotornya sudah mulai dijalankan. Di ruang sebelah ruang praktik utama
terdapat gentong besar berisi bunga-bunga aneka macam. Dan sebuah dipan
kayu, serta meja kecil di dekatnya. Lebih mirip kamar mandi. Dukun
Sarmadji menyuruh Nyonya Dieta masuk mendekati gentong. Dan memberi
perintah agar Lisa melihat dari depan pintu ruangan.

"Kita mulai dengan pembersihan seluruh tabir itu, Nyonya. Rapal terus
mantra ini dalam hati sambil aku mengguyur badan Nyonya….Mojopahit agung,
Ratu sesembahan jagad. Hong Silawe,Hong Silawe. " lanjut Sarmadji.
Tangannya mengambil gayung di gentong dan mengguyur pada tubuh Nyonya
Dieta. Air kembang pun dalam sekejap membasahi baju Nyonya Dieta. Semakin
memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh Nyonya ini yang masih ramping dan terjaga.

"Edan..ngaceng kontolku rek." batin Dukun Sarmadji. Tangannya yang satu
bergerak menggosok tubuh yang sudah basah itu. Dari rambut, dahi, hidung,
bibir, leher, dan merambat ke dua gundukan di dada Nyonya Dieta. Sempat
Nyonya Dieta terkaget dengan sentuhan tangan kasar sang dukun, tapi
buru-buru dia konsentrasi lagi dengan rapalannya.

"Bagus terus konsentrasi Nyonya. Jangan sampai gagal, karena akan percuma
ritual kita…Sekarang lepas baju Nyonya biar reramuan kembang ini meresap
dalam kulit Nyonya." Perintah Dukun Sarmadji yang langsung dituruti oleh
Nyonya yang sudah ngebet jadi anggota dewan ini. Nyonya Dieta benar-benar
telanjang bulat sekarang. Tubuh putih mulus dengan kulit yang masih
kencang.

Melihat mangsanya dalam kendali, Dukun Sarmadji semakin berani. Badannya
dirapatkan, agar penisnya menempel di belahan pantat Sang Nyonya yang
montok. Jemarinya semakin nakal memainkan puting Nyonya Dieta. Terus turun
ke sela-sela paha Nyonya Dieta, memainkan vagina Sang Nyonya. Setelah 5
menit, tampak tubuh Nyonya Dieta bergetar, tanda-tanda bahwa ramuan
perangsang sudah mulai bekerja. Dukun Sarmadji menuntun Nyonya Dieta ke
dipan kayu yang ada di ruangan itu dengan semua letupan birahi yang
semakin tidak tertahankan. Perhitungannya, tak lama lagi, Sang Nyonya akan
tidak mampu berdiri karena melayang di antara alam sadar dan bawah
sadarnya.



Nyonya Dieta

Setelah membaringkan mangsanya, Dukun Sarmadji meneruskan rangsangannya.
Bibir tebalnya terus mencium seluruh tubuh Sang Nyonya. Wewangian kembang
membuat nafsunya semakin tidak tertahankan lagi. Bibir dan lidahnya
menyerbu bibir vagina Sang Nyonya. Edan, orang kaya emang beda. Jembutnya
aja ditata. Wanginya juga beda, batin Dukun Sarmadji sesaat setelah
melihat vagina Nyonya Dieta. Nyonya anggun ini mulai terangsang hebat.
Tubuhnya menggeliat-geliat setiap sapuan lidah Sarmadji memutar-mutar
klitorisnya. Pantatnya naik turun seakan ingin lidah Dukun Sarmadji
tertancap lebih dalam.

"Eeeemmm…."Desah Nyonya Dieta penuh kenikmatan.

"Ini saatnya." Pikir Dukun Sarmadji membuka pakaian dan celananya dengan
buru-buru lalu naik ke atas dipan, mengambil posisi di sela paha Dieta.

"Apa yang Mbah lakukan pada Mama?"Tiba-tiba semua perhatian Dukun Sarmadji
terbelah oleh pertanyaan Lisa. Iya, ada anaknya yang nonton dari tadi.
Beda ama ibunya, Lisa tentu saja masih sangat sadar.

"Tenang cah ayu. Mamamu harus melakukan ritual tertinggi kharisma
asmaradana. Aku harus menyatu lewat persenggamaan untuk membongkar tabir
jahat pada Mamamu. Mamamu harus ditolong. Kamu mau pengorbanan Mamamu
tidak sia-sia bukan,Nduk?"

"Iya,Mbah."

"Sekarang diam di situ. Dan bantu perjuangan Mbah dan Mama dengan rapalan
tadi…." perintah Dukun Sarmadji sambil mengembalikan konsentrasinya pada
penisnya yang sudah berdiri tegak. Urat-urat penisnya semakin membesar,
pertanda sudah sangat siap untuk melakukan penetrasi. Kepala penis Dukun
Sarmadji yang mirip jamur raksasa berwarna hitam itu kini sudah berada di
bibir vagina Nyonya Dieta. Bibir vagina yang sudah basah karena cairan itu
merekah saat kepala penis Sang Dukun mulai membelah masuk. Dukun Sarmadji
mengatur napasnya. Perjuangannya untuk menembus vagina Nyonya satu ini
ternyata cukup sulit. Diameter penisnya terlalu besar untuk vagina Nyonya
Dieta. Baru kepala penisnya yang mampu masuk.

"Aaaaah…seret juga milikmu,Dieta sayang. penis suamimu payah rupanya.
Tahan sedikit ya. Mbah akan beri kenikmatan hebat…" bisik Sarmadji pada
telinga Dieta. Di lingkarkannya tangan gempal Sang Dukun pada pantat
montok Nyonya Dieta. Dadanya bersandar pada dua payudara Dieta. Dan dengan
hentakan keras, dibantu tekanan tangannya, penis Sarmadji melesak masuk.

"Eeeeemmmphmm,…mm..mm."Desah Dieta sambil merem melek.

Pengaruh ramuan perangsang plus hentakan tadi rupanya membuat sensasi luar
biasa bagi Dieta. Sarmadji pun merasa nikmat luar biasa. Dibanding milik
istri mudanya pun, milik Dieta masih lebih legit. Mungkin karena orang
kota pandai merawat diri, pikir Sarmadji sambil menikmati pijatan vagina
Dieta.

"Plok…plok…plok…plak…plak…plak.." suara perut Dukun Sarmadji bertemu kulit
putih Dieta. Sesekali Dukun Sarmadji menelan ludahnya sendiri melihat
batang besarnya yang hitam pekat keluar masuk vagina Dieta yang putih
mulus. Kontras, menimbulkan sensasi yang luar biasa.

"Ooooh…Mbah." Dieta mengeluh panjang.

Tubuhnya mengejang hebat. Orgasme melanda wanita molek ini rupanya, batin
Sarmadji. Terasa cairan hangat mengalir deras membasahi batang penis
Sarmadji. Sarmadji mengejamkan matanya menikmati sensasi hebat ini. Ia
sengaja membiarkan Dieta menggelinjang dalam orgasmenya.

"Sekarang saatnya,sayang. Jurus entotan mautku. 6 isteriku sendiri tidak
ada yang bisa tahan…"Bisik Dukun Sarmadji sambil tersenyum setelah melihat
orgasme Dieta sudah reda. Sarmadji mulai mempercepat genjotannya. Naik
turun tanpa lelah. Pantat Dieta pun mengikuti irama genjotan Dukun
Sarmadji. Sesekali sengaja dia tarik penisnya hingga hanya menyisakan
kepalanya. Membuat pantat Nyonya Dieta terangkat seakan tidak rela barang
besar itu keluar dari vaginanya.

Dukun Sarmadji menarik tubuh Dieta hingga mengubah posisi menjadi duduk.
Sambil memeluk pinggul Dieta, Sarmadji meneruskan sodokannya. Dieta pun
mengimbangi dengan meliuk-liukkan pinggulnya. Gerakan pantat Dieta membuat
penis dukun tua itu seperti diremas-remas. Karena hasratnya yang sudah
memuncak. Nyonya Dieta mendorong Sarmadji rebah. Dan kini Nyonya anggun
itu mengambil kendali dengan liarnya. Rambut panjangnya terurai
berkibar-kibar. Peluhnya membuat kulit putihnya seakan mengkilap.

"Hong Silawe,…uuuggh…mmm..mmmph…Hong Silawe…aaaaahhh…" Dalam gerakan
liarnya pun Dieta tidak lupa membaca manteranya.

Dukun Sarmadji tersenyum dan menikmati itu sebagai pemandangan yang begitu
erotis. Dua tangannya meraih dua payudara Dieta yang terayun turun naik.
Meremasnya dengan gemas. Sesekali tubuhnya terangkat untuk memberi
kesempatan bibirnya mengulum dua puting yang menggoda itu. Nyonya Dieta
mengerang dengan hebatnya. Sebuah percumbuan yang hebat ini mungkin baru
kali ini dia alami seumur hidupnya.

"Ooooohh….ooohh…uuuggh.Hong….aaaaah…Silawe..Ratu…jagaaaad…aaaah" Dieta
semakin meracau tak karuan. Tubuhnya mulai tak kuasa kembali menahan
kent*tan dahsyat ini. Dieta terus meliuk di atas tubuh tua Sang Dukun.
Pantatnya mengayun dengan irama yang semakin kacau. Dan, kedua tangannya
memegang rambut panjangnya.

"Bagus, sayang…terus rapal.rapal…aaah…rapal..kita sampai bareng,
Dietaku….hhhhmmpphh.."Dukun Sarmadji pun merasakan penisnya mulai berkedut.

Sambil mencengkram keras pinggul Nyonya Dieta. Dukun Sarmadji membantu
mempercepat kocokan dari bawah. Tubuh Dukun Sarmadji mulai menegang. Dan
sambil bangkit mendekap Nyonya Dieta, Dukun Sarmadji mengeluh keras,

"Aaaaaaaaagghhh…ghh…Dieta…"

"aaaaagggh….mmmmph…mmmp…aaaaah."Nyonya Dieta pun menyambut pelukan Sang
Dukun.

Tubuhnya bergetar untuk kedua kalinya. Rupanya inilah kali kedua Dieta
mendapat orgasme hebat di dipan kayu ini. Badan seksi Nyonya yang anggun
ini pun ambruk didekapan Sarmadji yang masih merem melek menikmati sisa
orgasmenya dari caleg cantik ini. Dua-tiga menit ia memeluk Dieta,
membiarkan penisnya menikmati hangatnya liang peranakan Dieta. Setelah
menidurkan Nyonya Dieta yang kelelahan di dipan, Sang Dukun melepaskan
penisnya dari vagina Nyonya Dieta. Ia bangkit dari dipan dan menghampiri
Lisa yang mandi keringat menyaksikan mamanya disetubuhi dengan hebat tadi.
Kaos ketat Lisa yang basah keringat menampakan kemolekan gadis yang baru
merekah ini.



Lisa

"Hong Silawe…Silawe…mamamu sudah melakukan ritual paling beratnya, Cah
Ayu. Biarkan dia istirahat dulu." kata Dukun Sarmadji sambil menggamit
tangan Lisa yang masih terpaku dengan apa yang baru dia lihat tadi.

Dukun Sarmadji menuju karpet besar di area meja praktiknya. Ia kemudian
meneguk air teh dalam gelas seng yang besar di mejanya. Dipandanginya Lisa
yang duduk di karpet. Benar-benar sangat cantik daun muda ini. Rambutnya
yang dipotong pendek dengan tubuh yang langsing dan padat, memperlihatkan
energi muda dari gadis yang sporty ini. Dengan masih telanjang, Dukun
Sarmadji mendekati Lisa yang duduk memandangnya. Batang penisnya mulai
menegang lagi, ingin merasakan nikmatnya vagina belia ini.

"Lisa, dengarkan aku. Tinggal selangkah lagi. Dan semua ritual ini
bergantung kamu sebagai puterinya. Kamu ikuti saja perintahku. Kita
tuntaskan ritual agung ini.Siaap?"

"I…i…ya..Iya Mbah…" Lisa menjawab, gadis ini agak tergagap karena
pandangannya yang terfokus pada penis Mbah Dukun yang kembali perkasa.
Kilatan bekas cairan vagina mamanya masih nampak dari batang penis Dukun
Sarmadji.

"Hong Silawe…Silawe…kemari Nduk. Hisap kontol ini dengan mulutmu. Lakukan
dengan benar ya Cah Ayu." perintah Dukun Sarmadji sambil menyodorkan
penisnya di depan mulut mungil Lisa yang masih duduk bengong di karpet
tebal ruang praktiknya.

Lisa masih terdiam terpaku. Dadanya naik turun, dengan nafas masih
memburu. Terasa vaginanya basah karena cairan. Ada perasaan aneh
menyaksikan pergumulan Mama yang begitu dicintainya dengan lelaki tua itu.
Pergumulan itu begitu membuat rasa keingintahuannya muncul, meskipun rasa
takut begitu dominan saat ini. Pengalaman pertama yang justru
didapatkannya dari mama dan lelaki tua yang lebih pantas menjadi kakeknya
itu.

"Nduk, ayo, keburu roh gaib yang mau membuka tirai penghalang cita-cita
mamamu pergi.." kata Dukun Samardji mendekat. Penisnya yang berdiri begitu
tegak dengan urat-urat besar dan warna hitam pekat, terlihat begitu
menakutkan bagi sang dara. Bandot tua ini sudah tidak tahan untuk
mencicipi tubuh anak kota yang begitu terawat. Begitu putih seperti
mamanya. Begitu langsing dan terawat.

"Lisa takut Mbah…" desah Lisa perlahan, sambil kedua telapak tangannya
saling meremas.

Dukun Sarmadji menghela nafasnya. Dia mengelus rambut hitam mangsanya
dengan senyum manis.

"Tidak usah takut Cah Ayu. Semua tidak menyakitkan. Kamu harus
melakukannya sebelum pengorbanan mamamu dan Mbah percuma. Kamu sayang
mamamu, bukan?" Sang Dukun pun menebar jebakan mautnya membuat Lisa tidak
memiliki pilihan kecuali menganggukkan kepala.

Dan dengan sigap, Dukun Sarmadji mendekatkan penisnya di depan bibir
mungil itu. "Jangan sampai kena gigi ya Cah Ayu. Kulum, sedot dan pakai
lidahmu…begitu ritualnya."

Masih dengan ragu-ragu Lisa memegang penis yang hingga begitu besarnya
tidak cukup dalam genggamannya. Dukun Sarmadji segera mendorong kepala
Lisa maju mundur.

"Hong Silawe…Silawe…setan belang, jangkrik monyong….terus Nduk." kata
Sarmadji keenakan. Lisa terus mengulum batang penis Sarmadji. Setiap
sedotan membuat lelaki bejat itu merem melek. Terkadang, saking tidak
sabarnya Sarmadji mendorong terlalu keras hingga separoh batangnya
menyodok masuk ke dalam tenggorokan Lisa. Air liur Lisa membasahi hangat
penisnya, menggantikan sisa-sisa cairan kemaluan mamanya sendiri.

"Hoooo oooh…bener gitu caranya Cah Ayu…" Sarmadji makin kelojotan, batang
penisnya semakin membesar sehingga nyaris membuat Lisa kesulitan bernapas
tiap kali dukun cabul itu memaksa batangnya memenuhi mulutnya. Tangan
Sarmadji meremas-remas rambut pendek Lisa.

"Ah, beruntungnya aku. Anak ini cantiiiiik banget. Mirip artis sinetron
Agnes Monica. Mungil, namun seksi," pikir Sarmadji.

"Sekarang jilati kantong bola kontol Mbah sayang….di situ tempat semua
pengasih untuk membuka tirai penghalang Mama…" lanjut Sarmadji. Dan Lisa
pun menurut. Dua buah zakar Sarmadji dikulumnya bergantian. Membuatnya
tidak kuasa menahan semua kenikmatan ini. Dia pun menjadi semakin
bergairah dan bernafsunya.

"Sekarang giliran Mbah…." tanpa ba-bi-bu karena diselimuti nafsunya.
Tangan-tangan dan lidah Sarmadji berebutan menjamah tubuh gadis cantik
yang baru tumbuh-tumbuhnya ini.

"Mbah, Lisa malu…" Ketika dua tangan Mbah Sarmadji berusaha melucuti kaos
ketatnya. Tangan-tangan mungil Lisa berusaha menahannya. Namun, Sarmadji
tidak peduli lagi. Diserangnya ketiak kiri-kanan sang gadis sambil menarik
kaosnya. Breeet….terlihatlah dada putih mulus dengan dua gundukan yang
indah bentuknya masih dalam perlindungan BH hitam berendanya. Tidak
sebesar mamanya memang, tapi bentuknya begitu paripurna, pikir Sarmadji.
Belum pernah dijamah laki-laki. Masih bentuk alami yang mengundang
tangan-tangan kasarnya meremas dengan gemas.

"Demi mamamu sayang….demi mamamu." Sarmadji membaringkan tubuh Lisa yang
didera kebingungan dan rasa nikmat yang pertama kali dia rasakan itu ke
karpet. Ciuman dukun tua itu memborbardir bibir mungil Lisa, dan seluruh
bagian lehernya. Dan dua tangannya yang lebih kuat menarik lepas BH itu
dari dua payudara yang ingin disentuhnya langsung. Kulit ketemu kulit.
Sarmadji berhenti sejenak. Pemandangan yang luar biasa membuatnya
tertegun. Bahkan ketika malam pertamanya saat mengambil kegadisan isteri
pertamanya, tidak pernah dia menemukan sensasi sehebat ini.

"Hong Silawe…Silawe. Kamu cantik sekali Nduk. Dua payudaramu ini harus
disedot untuk mengeluarkan hawa penolong mamamu…." Seperti tak sabar,
bibir tebal Sarmadji pun menyerbu dua puting payudara Lisa bergantian.
Tangannya pun bergantian meremasnya. Kadang gerakan halus melingkar searah
jarum jam di sekitar puting, kadang remasan terhadap semua bagian payudara
Sarmadji.

"Aaaahh…Mbah." Lisa mulai terhayut dalam permainan Mbah Sarmadji yang
begitu membuat dirinya melambung. Dua putingnya sudah mancung karena
rangsangan hebat Sang Dukun yang kaya pengalaman ini.

Setelah hampir 30 menit dicumbu. Tubuh Lisa menggeliat namun dengan kaki
masih terkatup. Sang Mbah pun menggelar serangan kilat tahap berikutnya.
Salah satu tangannya mulai mengarah ke selangkangan Lisa. Dibelainya
selangkangan gadis itu dari luar. Mulut dan tangan Sarmadji mulai bergeser
posisi turun, ke perut dengan dua tangannya masih bergantian memutar-mutar
puting Lisa. Lisa pun makin menggelinjang. vaginanya pun semakin basah.

"Mbah, sudah jangan Mbah…"Lisa tiba-tiba tercekat dalam sadarnya.
Tangannya memegang dua tangan Sarmadji yang sudah berhasil membuka kancing
dan resliting celana jeans yang membungkus bagian bawah tubuhnya. Sial,
hebat juga kesadaran bocah ini, pikir Sarmadji. Rupanya penaklukannya
menjadi tidak mudah sekarang.

"Kamu mengacaukan semuanya!!!!" bentak Sarmadji dengan membuat mimik wajah
paling angkernya. "Roh marah dan pengorbanan mamamu sia-sia malam
ini…Sudahlah, lenyap mimpi mamamu!!!"

Lisa yang terduduk sambil meringkuk pada dua pahanya tertegun melihat
akting top markotop sang dukun. Perasaan bersalahnya mulai muncul.
Diliriknya tubuh mamanya di dipan yang masih mandi peluh karena percintaan
hebatnya tadi.

"Ah, mama sudah berjuang keras, dan tak pantas aku menghancurkannya,"
batin Lisa.

Melihat lawannya bingung, Sarmadji pun semakin memasang akting cuek dan
marah. Dan ia membalikkan badannya menuju meja persembahannya. Lisa pun
terlihat mulai panik.

"Maaf,Mbah. Lisa cuma takut. Nggak pernah Lisa seperti ini…."Lisa pun
menubruk tubuh Mbah Sarmadji dari belakang. Tak sengaja dua tangan mungil
itu bersentuhan dengan penis Mbah yang sudah lapar ini. Sarmadji pun
tersenyum…..

"Masih bisa diatur asal Lisa benar-benar siap dalam upacara ini. Sekarang
Mbah bersila di sini. Lisa berdiri tiga kaki dari posisi Mbah. Lakukan
perintah Mbah…." kata Mbah Sarmadji dengan nada tinggi. Lisa menurut.

"Apa perintah Mbah…?"Tanya Lisa setelah berada di jarak yang diinginkan
Sarmadji.

"Kamu bisa menari Nduk? Liukkan tubuhmu, menarilah untuk menggoda sang roh
gaib datang lagi…..yak, terus raba badan neng sendiri. Yah, begitu….mulai
lepas celana jeans itu!" Sarmadji menikmati ABG cantik ini menari begitu
erotisnya, meliukkan pinggulnya yang ramping, dengan dua payudara yang
bergantung bebas naik turun mengikuti gerakan Lisa.

"Rebahkan tubuhmu di karpet itu,Nduk…" kata Sarmadji lirih sambil menahan
nafsunya yang sudah melambung.

Tubuh seksi Lisa yang mengkilap basah oleh keringat dan air liur Sarmadji
rebah tidak jauh dari Sarmadji. Lelaki tua ini pun merangkak menghampiri
ibu jari kaki Lisa. Dengan lembut dikulumnya jari-jari kaki Lisa, terus
bibirnya menelusuri betis, dan terus menaiki paha sang dara jelita ini.

"Uuuuugh…"Terdengar desisan tertahan dari Lisa. Sarmadji tidak
menyia-nyiakan keadaan. Lidahnya pun menyodok-nyodok vagina Lisa yang
terlindung dibalik CD hitam berenda itu. Lisa semakin kelojotan. Dan
dengan cepat, tangan Sarmadji menarik turun CD Lisa dan melemparnya ke
karpet.

"Jangan takut Nduk. Semua akan lancar" bisik Sarmadji ketika Lisa
menunjukkan keraguan. Selanjutnya, lidah Sarmadji menyibak rambut vagina
Lisa yang tertata rapi ini. Menerobos masuk, menjilati klitoris Lisa. Lisa
benar-benar melayang menikmati permainan lidah yang dahsyat dari Sang
Dukun. Melihat Lisa mulai menggelinjang, Sarmadji terus melanjutkan
serangannya. Lidah Sarmadji menusuk-nusuk liang vagina Lisa yang semakin
banjir itu. Tanpa bisa mengontrol dirinya, tanpa terasa tangan Lisa sudah
menjambak rambut panjang sang dukun. Dan semakin dekat dengan kenikmatan,
semakin keras tangan Lisa menarik rambut Sarmadji.

"Aaaaaahh…hhh..Mbah.." lenguh Lisa.

Tubuhnya bergetar. Perasaan yang luar biasa.

Dia mengalami orgasme pertamanya dalam hidupnya sebagai wanita. Sarmadji
tersenyum. Dia membiarkan sekian detik Lisa menggelepar dalam kenikmatan.
Sarmadji pun merangkak mendekati bibir Lisa, dan menciumnya lembut.

"Sekarang saatnya upacara utama,Nduk. Kamu siap?"

Mangsanya terdiam, masih dalam kenikmatan luar biasa yang tidak pernah
dirasakannya. Sarmadji pun mengarahkan kepala penisnya yang mirip jamur
besar itu di bibir vagina Lisa. Lisa melenguh saat bibir vaginanya membuka
perlahan, saat penis raksasa itu mulai menembus vaginanya.

"Lisa takut,Mbah…" desis Lisa melihat penis besar yang terasa tidak
mungkin bisa masuk ke dalam lubang vaginanya itu.

"Sabar Cah Ayu. Sakit cuma di awal. Pengorbanan untuk mamamu…"Sarmadji
begitu lihai memainkan perasaan sang dara ini. Dia pun mempersiapkan
pergerakan penisnya. Perlahan kepala penis Sarmadji mulai masuk.

"Aaaah…sakiiiiittt…ttt..tt..,Mbah." teriak Lisa. Sarmadji sudah tidak
begitu menggubrisnya. Dia dan senjata pamungkasnya sudah begitu sibuk
menikmati sensasi menembus keperawanan gadis seksi ini. penis Sarmadji pun
terus bergerak pelan namun pasti diiringi rintihan kesakitan Lisa.

"Sabar,sayang…..Heeeeeehhh…hhhh…"Mbah Sarmadji pun menghentakkan
pinggulnya dengan kekuatan penuh.

"Aaaaaahhh…..Mbah…Sakiiiit."

Bleeeeessss…seluruh batang penis Sarmadji yang besar itu tenggelam dalam
vagina Lisa yang begitu terasa sangat sempit. Air mata Lisa mengalir di
sela dua matanya merasakan perih selaput daranya dirobek benda besar yang
tidak pernah dibayangkan bisa berada dalam liang vaginannya. Setelah
sejenak membiarkan vagina Lisa beradaptasi, Mbah Sarmadji mulai
menggoyangkan pantatnya naik turun. Tampak batang besar penis Sarmadji
keluar masuk dengan kokohnya. Cairan vagina bercampur darah perawan Lisa.
Rapatnya vagina Lisa membuat Dukun sableng ini merem melek menikmati semua
kenikmatan yang mungkin sebelumnya hanya bisa didapatkan dalam mimpi. Lisa
kelojotan menerima hantaman penis Sarmadji yang terus menerjang tanpa
ampun seolah ingin membongkar rapatnya vagina perawan Lisa. Peluh
membasahi dua insan yang berjauhan usia itu.

"Uuuuugh…hh..eeeemph."Lisa melenguh ketika Mbah Sarmadji menarik tubuhnya
dalam posisi duduk. Seperti insting alamiah, tubuh Lisa seakan paham untuk
mengambil peran dalam pergumulan posisi ini. Pantat Lisa naik turun,
pinggulnya meliuk memperkuat remasan vagina Lisa terhadap batang penis
Sarmadji. Sarmadji pun menyambut dari bawah dengan sodokan terhebat
penisnya.

"Hong Silawe..Silawe…weee…wwweee…wenaaaakkk,Nduk." Sarmadji meracau penuh
kenikmatan. 10 menit dalam deru nafas Lisa semakin ga karuan. Tangannya
memeluk Sarmadji.

"Aaaaahhh…hhh…..hhh..Mbaaaaah.." Lisa orgasme untuk kedua kalinya.
Sarmadji menyambut pelukan Lisa dengan lembut. Mengurangi daya sodokan
untuk memberikan kesempatan gadis ini menikmati pengalaman orgasme
keduanya yang indah, Sarmadji memberi kecupan hangat di bibir gadis
cantiknya.

"Gimana,Nduk? Siiiiiiap dengan ritual kenikmatan berikutnya sayang?" bisik
Sarmadji diiringi anggukan lemah Lisa. Dengan sigap Sarmadji menidurkan
tubuh Lisa dengan tetap memegang pinggul gadis cantik itu dengan dua
tangannya yang kuat. Lalu ia mengangkat dua kaki Lisa dan meletakkannya ke
pundaknya dengan posisi penis masih di dalam liang Lisa.

"Eeeeemmphh…phh..aaahh…" Lisa mendesah ketika dalam posisi barunya Mbah
Sarmadji mempercepat genjotannya. Semakin cepat batang Sarmadji keluar
masuk, diiringi naik turunnya payudara Lisa. Cairan vagina Lisa semakin
memberi pelumas bagi rudal raksasa ini untuk mengaduk-aduknya,
memaksimalkan kenimatan dua insan itu.

"Aaaaaah…enak sekali vaginamu Cah Ayu." bisik Sarmadji sambil meraih
puting Lisa dengan bibirnya di sela genjotan itu.

Hampir 30 menit Sarmadji tanpa kenal lelah terus menyetubuhi gadis cantik
itu. Peluhnya bahkan menetes jatuh di perut langsing Lisa, bercampur
dengan keringat sang gadis. Kulit Lisa terlihat semakin mengkilap karena
peluh yang membasahi semua bagian tubuhnya. Nafas keduanya saling
bersahutan dengan sesekali diiringi erangan penuh kenikmatan.

Hingga entah sodokan yang ke berapa ratus kali, tubuh Lisa kembali mulai
menunjukkan tanda-tanda orgasme bakal kembali melanda.

"Eeeeergghh..aaaaahh…Mbah…Lisa ga tahan lagi." desah Lisa sambil
mencengkram karpet dengan kuku-kuku tangannya.

"Saaaabaar, sayang….aaaahh..aahh..Mbah juga mau sampai." Sarmadji
mempercepat genjotannya. Urat-urat penisnya berkedut tak mampu
dibendungnya.

Dengan semua kekuatannya yang tersisa, dihentakkannya penisnya dalam-dalam
hingga mentok ke dasar rahim Lisa. Diiringi teriakan orgasme yang dahsyat,

"Aaaaaahhhhh……aaaahhh….Lisa….Silawe…Aaahhh..Hoong…Lisaaaa…."

Lisa pun mengejang hebat, cairan vaginanya muncrat bertumbukan dengan
tumpahan sperma Dukun Sarmadji yang sepertinya memenuhi liang
kenikmatannya. Tubuh Sarmadji roboh di atas pelukan Lisa. Lemas, puas, dan
nikmat. Sarmadji pelan-pelan mencabut penisnya dari vagina Lisa. Senyuman
kemenangannya tersungging di pipinya saat melihat sisa-sisa spermanya
menetes keluar dari vagina gadis cantik itu, berbaur dengan cairan vagina
dan darah perawan.

"Mandilah, di kamar mandi itu. Upacara kita sukses Nduk. Mamamu akan
mendapatkan semua yang diinginkannya." kata Sarmadji sambil melemparkan
kaos dan jeans pada Lisa yang masih terlentang di karpet. Gadis ini masih
tak percaya dengan apa yang dialaminya. Dipungutnya pakaiannya, dan dengan
langkah kaki yang masih lemas dia masuk ke bilik kamar mandi di mana sang
mama masih lelap dalam kebugilannya.

"Gua juga dah dapat yang gua inginkan. Nyoblos memang nikmat, daripada
nyoblos di TPS mending nyoblos langsung calegnya hehehe!" kata Sarmadji
dalam hatinya sambil ketawa kecil.

--
Using Opera's mail client: http://www.opera.com/mail/