Kamis, 25 April 2013

Dosenku tercinta

Seperti biasanya, setiap awal tahun ajaran baru
pasti ada acara ospek untuk penyambutan
mahasiswa baru. Tahun ini gue menjadi salah
satu panitia ospek di kampus, dan kebagian jatah
jadi koordinator operasional mulai dari
menyediakan dan memasang semua
perlengkapan yang dibutuhin buat acara ospek.
Sehari sebelum ospek dimulai, gue dan panitia
lain sibuk menyiapkan semua perlengkapan
sampai malam. Setelah semua selesai, yang lain
pada pulang kecuali gue dan 2 orang teman. Gue
istirahat sebentar sambil mengambil botol
minuman di tas gue. "Di, Pulang sekarang yuk!",
ajak Hanif salah seorang temen gue. "Ntar, gue
masih mau ngecek apa semua sudah beres. Kalian
pulang aja duluan nanti gue nyusul." Jawab gue.
"Ya udah, hati-hati ya!"."Oke..Sip". Hanif dan Budi
akhirnya keluar dari auditorium meninggalkan
gu esendirian. Gue lalu keluar sebentar untuk
melihat keadaan sekitar. Ternyata kampus sudah
sepi sekali, lorong-lorong kampus dan lobi
diterangi oleh cahaya lampu. Gue memutuskan
untuk pergi ke toilet untuk buang air. Setelah itu
gue kembali ke auditorium untuk mengecek
ulang apakah semua pekerjaan sudah beres.
Sesampai di auditorium gue terkejut, ternyata
ada seseorang yang masuk ke ruang auditorium
saat gue ke toilet tadi. Gue masuk dan
menemukan Pak Herman sedang memperhatikan
hasil pekerjaan gue dan temen-temen. Pak
Herman adalah salah satu dosen termuda di
kampus gue. Dia juga merangkap pembimbing
akademik gue, jadi gue lumayan dekat dan kenal
dengan dia. Umurnya baru 28 tahun. Sebagai
seorang dosen Pak Herman bisa di bilang cukup
keren, apalagi penampilannya selalu rapi dan
bodinya juga lumayan berisi. Jadi wajar kalau
cewek-cewek di kampus jadiin Pak Herman
sebagai dosen favorit. Dan gue sebagai cowok
yang suka sama cowok pastinya juga tergila-gila
dengan ketampanan Pak Herman. "Eh, bapak
gimana hasil pekerjaan kami?" tanya gue
membuka percakapan. "Bagus, semua sound
system dan peralatan lain sudah terpasang semua
kan?", tanya dia balik. "Sudah pak, sekarang saya
tinggal mengecek ulang apa semua sudah beres."
"Ya udah kalo gitu, cepat kerjakan!", perintah dia.
"Baik pak", gue langsung mengecek semua
peralatan yang sudah terpasang. Sementara gue
bekerja Pak Herman terus mengajak gue
ngobrol. "Kamu sendirian? Yang lain kemana?"
"Barusan Hanif dan Budi pulang duluan pak,
mereka mau menyiapkan peralatan lain buat
besok pagi." Jawab gue "Ohhh, gak takut
sendirian?", tanya Pak Herman dengan nada
menakut-nakuti. "Takut apaan pak? udah gede
ini" "Siapa tau aja ada hantu atau orang iseng
yang mau memperkosa kamu." Deg, seketika gue
kaget dengan yang dikatakan Pak Herman. Apa
maksud dari ucapannya? "Maksudnya apa pak?
Mana ada hantu yang mau memperkosa manusia
apalagi cowok". Gue membalasnya dengan
candaan. "Siapa tau aja, kan sekarang hantu gak
pandang bulu." Pak Herman meneruskan
pembicaraan sambil tertawa lepas. "Jangan-
jangan bapak yang mau memperkosa saya" "Oh,
bisa saja" Akhirnya kita berdua terdiam. Gue
tetap meneruskan pengecekan dan melupakan
becandaan kami tadi. Tapi tak lama kemudian
ketika gue sedang berada di sudut auditorium
gue kaget ada yang meniup tengkuk gue. Gue
membalikkan badan ternyata Pak Herman. "Eh,
bapak buat saya kaget saja" "Gimana, Di?" "Sudah
beres semua pak, besok semua perlatan sudah
siap dipakai" "Bukan, maksud saya gimana tiupan
gue tadi" Hah, gue langsung salah tingkah dan
menjawab sekena gue. "Bikin merinding pak."
"Kalau diliat-liat kamu ganteng juga, Di." Kenapa
lagi ni dosen, apa dia sudah kehilangan
kesadaran? Tapi gue senang juga sih. Jangan-
jangan Pak Herman juga pecinta cowok kayak
gue. Tapi gue gak berani langsung menebak, gue
ikuti aja apa yang dia mau. "Ah, biasa aja Pak.
Bapak juga ganteng, emank kenapa Pak? Bapak
suka sama saya?" Gue memberanikan diri buat
menggoda Pak Herman. "Saya suka sama kamu,
Di." "Maksud bapak?" "Saya sayang sama kamu"
Gue seneng banget mendengar apa yang
diucapkan Pak Herman. Tapi sebagai mahasiswa
gue masih menghormatinya sebagai dosen gue.
Tapi di sisi lain khayalan melambung tinggi
setelah apa yang barusan diucapkan Pak Herman.
"Tapi saya kan cowok Pak?" "Iya, saya suka
cowok kayak kamu" Akhirnya gue yakin kalau
Pak Herman adalah seorang Gay. "Saya juga suka
sama bapak sebenarnya." "Bener?" "Bener pak."
Seketika itu Pak Herman langsung meraih tubuh
gue dan memeluk gue. Bibirnya langsung
melumat bibir gue dengan lembut. Gue hanya
bisa menikmati lumatan bibir Pak Herman. Gue
masih gak yakin, kalau cowok yang sedang
melumat bibir gue adalah dosen yang selama ini
jadi favorit para mahasiswa. Beberapa menit
berlalu gue dan Pak Herman saling berciuman.
Pak Herman semakin ganas menciumi gue,
ciumannya semakin liar bahkan sampai ke leher
gue. Gue hanya tersandar di dinding sambil
menikmati ciuman Pak Herman. Pak Herman
terus menciumi gue sambil meraba-raba
punggung dan pantat gue. Kemudian Pak Herman
jongkok kepalanya tepat berada di depan celana
gue yang di dalamnya ada kontol gue yang dari
tadi sudah siap untuk dikeluarkan dari
sarangnya. Tanpa permisi Pak Herman langsung
menurunkan retsleting saya dan langsung
mengeluarkan kontol saya yang sudah tegang
dari tadi. Dengan cepat dia memasukkan kontol
gue ke mulutnya. Ah nikmatnya...... Gue ngerasa
seneng banget malam ini. Impian gue buat
bercinta sama dosen ganteng terwujud. Sekarang
kontol gue sedang berada di dalam mulutnya.
Pak Herman mengulum kontol gue dan menjilati
buah zakar gue yang menggantung. Lubang
kontol gue dimainkan dengan lidahnya yang
membuat gue menjadi geli dan keenakan. Gue
hanya bisa mendesah dan menikmati semua yang
dilakukan Pak Herman.
"Arghhhh.....uhhh.....oh......", gue mendesah
sambil menggeliat di dinding. "Ah...terus pak,
enak." "Ohhh....oohhhhh...ohhh....." Pak Herman
tidak peduli dengan desahan gue, dia terus asyik
dengan kontol gue. Bahkan dia makin
mempercepat kocokan mulutnya. Gue semakin
kelojotan, nikmat sekali. "Pak, saya udah gak
tahan" "Gak pa pa." Pak Herman masih terus
mengulum, sampai
akhirnya.."cretttt..crettttt...cretttt", air mani gue
keluar banyak banget di dalam mulut Pak
Herman. Semua mani gue ditelan Pak Herman.
Pak Herman langsung berdiri dan menyuruh gue
untuk berbalik badan. Lalu Pak Herman meloroti
celananya hingga kontolnya yang ditumbuhi
jembut yang lebat itu kelihatan juga. Gue senang
banget akhirnya gue bisa melihat langsung
kontol Pak Herman. Kontolnya tidak terlalu
besar tapi gemuk dan jembutnya sangat lebat dan
hitam hingga merambat sampai perutnya yang
indah. Gue membalikkan badan gue, dan Pak
Herman langsung memasang kontolnya tepat di
pantat gue. Awalnya dia memberi ransgsangan
gue dengan menggesek-gesekan kontolnya di
lubang pantatnya gue. Benar-benar kenikmatan
yang susah dibayangkan. "Saya masukkan ya, Di?"
"Iya pak, tapi pelan-pelan." "Baik sayang" Pak
Herman lalu menyodokkan pelan kontolnya ke
dalam pantat gue. Gue merasakan sakit saat
kontol Pak Herman mulai masuk. "Aw..sakit pak"
"Tenang, sebentar lagi juga enak" Pak Herman
terus menyodokkan kontolnya, sambil kedua
tanganya meremas-remas pantat gue sambil
membantu menyempurnakan posisi kontolnya
supaya bisa masuk ke pantat gue. Rasa sakit
bercampur perih begitu terasa saat kontol Pak
Herman perlahan melewati dinding pantat gue.
Gue terus teriak, sambil merasakan nikmatnya
remasan tangan Pak Herman. Akhirnya pantat
gue sudah dipenuhi kontol Pak Herman. Pak
Herman langsung membuat gerakan maju
mundur. Awalnya terasa sakit dan perih, namun
lama-lama rasa itu berubah menjadi rasa nikmat
dan geli. "Ah enak pak, terus" "Ah...ah...ah...,
pantat kamu sempit banget, Di. Enak rasanya"
"Kontol bapak juga enak, terus pak,
ah....yesss....." Pak Herman terus memompa
tubuhnya maju mundur. Semakin cepat pak
Herman memompa tubuhnya. Ah nikmat banget.
Suara Teriakan-teriakan kecil memenuhi ruangan
yang sepi ini. Malam yang dingin pun tak terasa,
karena Pak Herman telah memberikan
kehangatan buat gue. Hampir 15 menit kontol
Pak Herman berada di dalam pantat gue. Sampai
akhirnya Pak Herman pun sudah tidak tahan dan
memuntahkan lahar hangat ke dalam pantat gue.
Seketika air mani Pak Herman keluar dari pantat
gue dan membasahi paha gue. Pak Herman
terlihat lemas. Sebelum Pak Herman memakai
kembali celananya, gue minta izin buat ngisap
sama menyodomi dia. Tapi ternyata Pak Herman
menolak dan langsung menaikkan celananya.
Gue sedikit kecewa, tapi ternyata Pak Herman
punya rencana lain. Dia malah mengajak gue ke
kontrakannya, ternyata dia gak mau kalau
sampai ada orang yang melihat kita berdua
disini. Akhirnya gue memakai celana gue dan
membersihkan sisa-sisa mani yang sempat
tercecer. Malam itu masih pukul 9 malam. Gue
pun langsung cabut ke kontrakan Pak Herman
dengan berboncengan, sementara motor gue gue
tinggal di kampus. sesampainya di kontrakannya
gue gak mau menunggu lama. Gue langsung
meraih tubuh Pak Herman dan menguasainya.
Langsung gue lucuti pakaian Pak herman Hingga
bugil. Semalaman gue menikmati tubuh Pak
Herman. Sampai akhirnya besok gue kesiangan.
Pagi-pagi gue terbangun setelah teman gue
menelpon supaya gue cepat ke kampus. Gue
kelelahan semalam. Gue melihat Pak Herman
masih tertidur dengan badan telanjang. Akhirnya
gue tinggal dia dan gue mandi, tapi tak lama
kemudian tenyata Pak Herman sudah berada di
dalam kamar mandi juga. Mau tidak mau kami
melakukannya lagi di kamar mandi. Setelah puas
kami membersihkan diri dan segera berangkat
ke kampus. Pak Herman hanya mengantar aku
sampai jalan dekat kampus supaya tidak ada
yang curiga. Sejak kejadian malam itu, gue
semakin dekat dengan Pak Herman. Dia adalah
segalanya buat gue. Guru, sahabat, kekasih. Tiap
ada kesempatan kami tak pernah melewatkan
sedikitpun waktu utnuk bercinta. Ah nikmatnya
tubuh dosenku.......

Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network