Rabu, 01 Mei 2013

Kak Satria yg hebat

Intermezzo: Kak Satria
Polisiku
Lagu jazz asik sedang berdendang di headset
ku. Sendirian dibawah pohon dekat parkiran,
memang salah satu kebiasaanku kalau
disekolah. Bukannya aku nggak punya temen
tapi nanti juga banyak yang nyamperin aku.
Siapa sih yang nggak mau deket-deket sama
orang secakep aku! Hahaha! Dasar sok
kecakepan! Tapi emang bener kok, awalnya aku
cuma sendiri nanti juga banyak yang datengin
aku disini, cewek-cewek dan cowok-cowok.
Kalau aku lagi mujur, kak Ridho juga ikut-ikutan
gabung diarea ini. Dia biasanya nggak ngobrol
ma aku tapi tetep aja aku tahu kalau dia kesini
cuma buat cari perhatianku saja.
"Hei!! Dengerin lagu apa sih sampai asyik
gitu?".
Aku membuka mata dan ternyata orang ini
adalah Juno. Juno adalah temen sebangku aku.
Dia orangnya putih, tinggi namun agak
kerempeng. Dagunya agak panjang apa lagi
kalau mulutnya mangap! Tapi, aku suka dengan
sikapnya yang baik dan nggak suka macem-
macem. Sumpah aku tidak terlalu mengenalnya
semasa SMP padahal kami satu sekolahan dan
satu angkatan. Aku mengenal Juno baru saja
setelah masuk SMA ini dan itupun karena Juno
sekelas denganku. Jujur, Juno memang anak
yang pendiam dan sangat sedikit mempunyai
teman. Bukannya apa-apa ya, semenjak Juno
temenan ama aku Juno sekarang sudah mulai
Pede dan mudah bergaul. Padahal jujur sewaktu
SMP dia mana ada punya temen. Ya, sudahlah.
Berarti aku memberikan dampak positive bagi
Juno.
"Mau tau aja! Ngapain ngagetin aku?", tanyaku
dingin. Satu yang aku suka dari Juno karena dia
ini pendiam dan tidak banyak melawan jadinya
aku sering menindas dia.
"Ke kantin yuk Bay".
Aku bangkit dari rebahanku dirumput dan
duduk mengahadap Juno. "Mau traktir aku ya?",
godaku.
"Nggak, aku mau ngajak kamu kekantin bukan
berarti aku mau mentraktir kamu. Bayar
sendiri-sendiri lah…".
"Biasa aja dong. Lagian siapa juga yang mau
nemenin kamu ke kantin. Males ah! Kayak anak
kecil aja pake ditemenin segala". Aku kembali
merebahkan tubuh keatas hamparan rumput
yang seperti karpet itu.
"Hehehe.. Ya udah aku nggak jadi juga deh…".
Ni anak manja banget sih. Kekantin aja pake
minta temenin, dasar anak mami.
Lagu jazz-ku terhenti karena ada sebuah sms
masuk. Aku melihat layar ponselku dan melihat
sms yang masuk. "kak Satria?". Tumben dia sms
pagi seperti ini.
Aku baca sms dari kak Satria. "Dek… Udah
istirahat belum?".
"Udah kak. Ini lagi rebahan dibawah poHon
ma temen. Tumben kakak sms aku jam segini".
"Temen? Cowok kah?".
Wah kayaknya kak Satria jealous nih. "Temen
sebangku kak,namanya Juno. Kakak lagi apa?",
tanyaku untuk mencairkan suasana.
Dia tidak menjawab sms-ku dan tak lama
kemudian malah Hp-ku berbunyi tanda
panggilan masuk. Waduh gawat nih, kalau
sampai dia manggil aku sayang bisa kedengeran
Juno. Kalau aku nggak jawab dia tambah curiga
lagi. Angkat? Nggak? Angkat? Nggak?
"Hallo kak? Ada apa?". Aku akhirnya
mengangkat telepon kak Satria. Wajah Juno
tampak bertanya-tanya siapakah orang yang
menghubungi aku tersebut.
"Lagi apa dek?".
"Lagi rebahan dirumput kak. Tumben nih.
Nggak tugas ya?".
"Tugas kok, tapi pas piket jadi nggak ada
kerjaan. Adek sama temennya?".
"Iya kak, sama Juno. Ni dia lagi duduk
disamping aku".
"Kamu jam berapa pulangnya?".
"jam setengah dua kak. Kakak tadi malam ada
sms aku ya? Aku lupa bales soalnya udah tidur".
Aku ngobrol beberapa menit dengan kak
Satria sampai aku memutuskan untuk
mengakhiri teleponnya karena jam istirahat
sudah hampir selesai.
"Siapa Bay? Pacar kamu ya? Hehehe". Walau
nada pertanyaan Juno bercanda tapi dibalik itu
tampaknya dia menyelidik.
"Waduh! Dia itu kakakku. Dia Polisi dan
kebetulan lagi gak sibuk-sibuk amat. Kalau
kamu mau mabil aja", serangku balik.
"Untuk kamu saja".
Aku tahu aja Juno itu 'sakit' alias gay juga. Tapi
dia sok jaim kayak aku jadi gak bakalan ngaku
deh meskipun dicongkel matanya. Untung saja
kak satria nggak ngomong yang mesra-mesra
jadi Juno nggak bisa nyerang aku. Huuh! Repot…
***
Gemericik air sungai menghanyutkan
lamunanku. Sore yang indah ditemani kail yang
masih lurus menandakan ikan belum tertarik
dengan umpan yang berada diujung kailku.
Kalau sore-sore begini aku memang suka
mancing. Itung-itung menenangkan diri dari
kesuntukan dirumah. Mau main kerumah temen
males, karena motorku lagi dipakai ibu buat
datang arisan. Jadinya aku santai dipinggir
sungai aja deh.
Kailku tampak merunduk dan diseret-seret
sesuatu. Pasti itu adalah ikan. Aku sentak kailku
dan seekor ikan berukuran sedang nampak
diujungnya. Hore!!! Dapet juga akhirnya
walaupun tidak besar-besar amat. Dari pada
nggak dapet sama sekali.
Hubungan aku dengan bang Wando masih
terus berjalan dan setiap malam selasa kami
sering bertemu. Pasti kalian udah tahu apa yang
kami lakukan saat bertemu. Tak lain dan tak
bukan pasti ML. Aku sayang banget sama bang
Wando. Namun hidupku semakin berwarna
dengan adanya kak Satria. Walaupun jarak kami
beda kabupaten, tetapi sebenarnya tidak terlalu
jauh kalau mau ketemu. Tiga jam perjalanan
menggunakan motorpun sampai tapi kami
masih mencari waktu yang tepat buat bertemu.
Nah, kali ini aku akan bercerita mengenai
pertemuanku dengan kak Satria.
Hari itu hari sabtu. Aku dan kak Satria sudah
berencana untuk bertemu. Kak Satria katanya
mau ketempatku malam ini. Aku sungguh nggak
sabar pengen peluk tubuhnya yang tinggi besar
itu. Pasti kontolnya besar juga kayak milik bang
Wando. Aku udah ngebayangin ngisep kontol
kak Satria sampai pejuhnya keluar dan meleleh
didalam mulutku. Pokoknya malam ini harus
sampai pagi! Titik nggak pake tanda tanya.
Aku mengendarai motorku untuk menuju
tempat kami janjian malam ini. Katanya sih
sebentar lagi dia udah mau nyampai juga ke
rumah makan yang kami sepakati.
Aku telah sampai di halaman rumah makan
tapi kak Satria belum dateng-dateng juga. Aku
asyik memandang layar Hp dan masih
diparkiran. Tak berapa lama, sebuah motor
sport hitam masuk kehalaman parkir. Aku tak
menyangka itu kak Satria karena aku nggak
nanya juga dia pake motor apa. Tapi tiba-tiba
dia mengeluarkan Hp dan terlihat akan
menelpon seseorang. Eh, dia nelpon aku. Tapi
beneran nggak sih itu dia? Aku berfikir untuk
melepas helm dan memandangi cowok keren
disana itu. Aku sms dia kalau aku sudah
diparkiran. Orang itu mencari kesegala arah
untuk mencariku dan setelah dia menatapku
akhirnya dia melepas helmnya dan turun dari
motor. OMG! Wow!!!! Wow! Itu nggak salah lagi!
Kak Satria…
Ngapain aku masih duduk dimotor maticku
ini. Saking terpakunya aku dengan sosok tinggi,
besar dan tampan itu aku sampai nggak sadar
kalau masih betah diatas motor. Aku buru-buru
bangkit dan mendatangi kak Satria.
"Bayu?", tanyanya gentle.
Aku harus menengadah sedikit keatas buat
menatap matanya. Habisnya aku sebahu kak
Satria aja tingginya. Huhuhu (T_T) sungguh
menyedihkan aku ini.
"Iya ini aku Bayu. Kak Satria kan?", tanyaku
mastiin.
"Ih adek cakep banget. Manis ih. Adek udah
lama nunggu kakak?".
"Baru aja kak. Kita masuk aja yuk. Aku udah
laper nih…".
"Boleh. Ayo", ajaknya.
Keren sekali kak Satria ini dengan baju kotak-
kotak crimson dan coklat berlengan panjangnya
yang sangat cocok dipadu jins hitam mampu
menyihir aku seperti didalam mimpi. Aku nggak
percaya kini aku nge-date dengan cowok perfect
yang sungguh tak pernah aku bayangkan
sebelumnya.
Makanan yang kami pesan sudah terhidang
dan siap disantap. Disepanjang acara makan,
kami banyak ngobrol dan semakin
mendekatkan diri antara satu sama lain. Dia
orangnya memang tampak pendiam namun
sebenarnya dia orangnya asyik asalkan kita
ngajakin dia ngobrol. Buktinya aku bisa akrab
dengan kak Satria meskipun kami masih tahap
perkenalan yang real.
Setelah makan, aku dan kak Satria cari
peginapan dan memutuskan untuk segera
istirahat saja. Aku tahu aja, kak Satria udah
nggak sabar pengen nikmatin tubuhku. Mana
ada pria yang tahan nggak nyium aku kalau
sekamar berdua. Aku nggak sabar deh jadinya.
Didalam kamar kak Satria tambah berani
denganku. Dia merangkul pinggangku dan kami
duduk diranjang.
"Adek Sayang nggak ama kakak?".
"Sayang kak. Kenapa?".
"Jujur ya Dek. Kakak begini karena sakit hati.
Dua kali sudah kakak dikhianati oleh
perempuan. Kakak nggak tahu kenapa mereka
bisa begitu dibelakang kakak. Padahal kakak
sudah sangat cinta sama mereka. Jujur kakak
kemaren pas inbox kamu itu nggak ada maksud
apa-apa, Cuma mau mencari temen aja tapi
kakak tahu kamu sebenarnya suka sama kakak
dan kakak juga sudah mulai suka ama kamu".
Ucapnya serius.
Bodoh! Dasar cewek-cewek bodoh! Cowok
sekeren kak Satria masih belum puas juga.
Kurang apa sih kak Satria dimata mereka?
"Iya kak, adek ngerti. Tapi kalau kakak belum
siap buat masuk kedunia ini, aku saranin kakak
keluar aja sebelum masuk terlalu dalam. Bayu
nggak mau kakak menyesal nantinya".
Hati ini berusaha meyakinkan diri kalau kak
Satria adalah pemula yang masih nol dalam
hubungan sejenis. Dia benar-benar masih ada
sedikit keraguan dalam hatinya. Beda dong
dengan aku yang versatil yang cenderung ke bot
ini. Aku membelai pipinya dan menatap
matanya yang indah. "Jika kakak masih ragu,
kakak masih belum terlambat buat ninggalin ini.
Aku nggak apa-apa kok".
Dia meletakkan dahinya di ubun-ubunku.
Matanya terpejam dan nafasnya terasa berat.
Aku masih membelai pipi kirinya dengan penuh
kasih sayang.
"Adek harus tahu. Kakak sudah merasa
nyaman dengan adek. Bayu punya sesuatu yang
kakak perlukan. Bayu seperti memberi warna
hidup yang benar-benar baru buat kakak. Kakak
sayang kamu dek. Mau nggak Bayu jadi bagian
dari hidup kakak dan jadi pacar kakak?".
Deg! Beneran nih? Aku nggak salah denger
kan?
"Kok diem dek? Mau nggak jadi pacar kakak?",
tanya kak Satria sekali lagi.
"A.. adek mau kak. Mau",jawabku seakan tak
percaya.
"Makasih ya Dek. Muaccchhhh". Dia mencium
pipiku.
Indah banget malam ini. Aku benar-benar
sedang berada di langit ketujuh rasanya. Kak
Satria memang masih nol besar dalam hubungan
sesama jenis tetapi dia ternyata sangat pendai
membuat aku senang. Pertama-tama kami
rebahan ditempat tidur dan tangan besarnya
memeluk perutku. Aku usap-usap pipi dan
lehernya lalu turun hingga dadanya yang bidang.
Ujung jariku sudah minta jatah pengen memilin
puting yang masih terbungkus baju kemeja kak
Satria. Aku rasakan seluruh permukaan dada
bidangnya sambil menatap mata kak Satria
dengan penuh cinta. Sesuatu yang mulai keras
menyentuh jariku. Ini pasti puting susu kak
Satria yang telah menegang. Aku cubit perlahan
lalu aku tarik-tarik dengan lembut puting susu
kak Satria. Kayanya kalau aku nggak lumat
bibirnya yang macho ini pasti dia nggak bakalan
cium aku. Maka akupun berinisiatif sendiri buat
nyium bibir kak Satria yang seksi itu. Bibirku
perlahan tapi pasti mendekat kearah bibirnya.
Walau kak Satria masih agak canggung dengan
tidak membalas ciumanku dan ini terlihat dari
kepasrahannya yang hanya diam menerima
sapuan bibirku pada bibirnya. Aku melepas satu
persatu kancing baju kemejanya hingga terbuka
seluruh dada dan perut kak Satria. Sungguh aku
suka dengan bentuk dadanya yang bidang dan
perutnya yang rata itu. Sekali lagi aku memilin
putting susunya dengan bibirku yang masih
memilin bibir kak Satria. Ih, kak Satria benar-
benar masih canggung banget. Nggak asik ah!
Masa aku cium dia diam aja. Seharusnya kan dia
bales ciuman aku biar liar gitu.
Aku lepas bibirku dari bibirnya kemudian aku
telanjangi tubuhnya dan tubuhku sampai nggak
ada sehelai benang pun yang melekat ditubuh
kami berdua.
Tubuh kak Satria sangat indah dan nyaris tidak
ada bulu ditubuhnya kecuali dibagian ketiak dan
sekitar kontolnya yang besar itu.
"Kakak beneran mau ngikutin mau adek?",
tanyaku meyakinkan sekali lagi.
Dia menatap mataku dalam lalu berkata sambil
tersenyum, "Iya sayang…".
Dia panggil aku sayang? Bug! Rasanya aku baru
saja ditimpa langit dan tertelan bintang. Kak
Satria sekarang berbaring dibawah dengan
kakinya yang terjuntai dilantai. Aku
mengangkangi perutnya lalu duduk disana. Ku
pandangi sekali lagi wajah kak Satria sebelum
aku rebahkan kepalaku didadanya yang bidang
itu. Hangat dan nyaman sekali rasanya. Kak
Satria kayaknya mulai bisa menerima aku
didalam jiwanya sehingga tangannya mulai
mengelus-elus kepala dan punggungku.
Aku hanya tersenyum senang dan ku nikmati
sentuhan kasih sayang kak Satria untuk
beberapa saat.
"Dek, kakak udah yakin ama adek. Kakak mau
jadi pacar adek. Tapi adek ajarin kakak untuk
jadi pacar adek ya…", pintanya.
Kata-kata inilah yang dari tadi aku tungu-
tungu. "Adek seneng dengernya. Pokoknya
kakak tenang aja. Adek akan bikin kakak enak
kok".
Jreb! Dia memegang kepalaku dengan kedua
tangannya kemudian dia mengangkat kepala
sedikit dan astaga… dia nyium aku. Nah kan,
sekarang giliran aku yang terkaget-kaget sampai
begong dan gak ngebales ciuman kak Satria.
Tadi aku yang protes gara-gara dia nggak
membalas ciuman aku. Tapi, aku segera sadar
dan nggak bakalan nyia-nyiain kesempatan ini.
Aku keluarkan semua pelajaran cium
menciumku. Mulai dari pilin, seruput, gigit, jilat,
sedot, sapuan hingga sedotan aku jabanin buat
nunjukin kehebatanku pada kak Satria dan
ternyata kak Satria juga membalasnya.
Pokoknya aku bisa rasain lembutnya lidah kak
Satria dan kenyalnya lidah polisi ini. Sambil
berciuman aku mengesekan lobang pantatku
kearah selangkangan kak Satria yang kayaknya
udah kepancing buat tegang. Uh, baru aku
gesek-gesekkan saja rasanya udah senikmat ini
apalagi kalau masuk seluruhnya kontol kak
Satria itu, bisa-bisa nggak mau aku copot deh
kontolnya dari lobangku…
Kak Satria sekarang memelukku dan
mengelus-ngelus tubuhku. Bibirnya masih
mencium-cium bibirku. Kurasakan napasnya
yang hangat dan air ludahnya yang nikmat
mengisi rongga mulutku. Aku tidak butuh
kesiapan karena aku yang akan
memepersiapkan kak Satria diranjang. Kak
Satria pasti juga menginginkanku sebesar aku
menginginkannya.
"Hmmmpppp..ermmmm",erangku tertahan.
Ku elus-elus dadanya yang bidang. Ah, hangat
sekali tubuh pak Bripda ini.
"Kak.. I love youhhhh..", bisikku sambil
kembali menyosor bibirnya.
"Oohh.. I love you, too, Bay.. Aahh.. Kamu
manissss sekalihhh.. Oohh..".
Akhirnya kak Satria lepas juga. Dia udah
berani medesah didepanku. Awas kamu kak
bakalan aku bikin kamu mengerang-erang
kayak srigala nanti.
Kak Satria mulai menelanjangiku dengan
tatapannya. Apa yang dia pikirkan ya? Aku juga
nggak tahu tapi sekejap kemudian dia
mengangkat tubuhku agak keatas dan bagaikan
seorang bayi yang lapar, dia menyerang
putingku dengan rakusnya. Dia menjilat-jilat
putingku seperti aku menjilat putingnya
barusan. Aku melenguh-lenguh keenakkan
seraya menggeliat-geliat bagaikan putra ular.
Putingku memang sangat sensitif. SLURP!
SLURP! bunyi suara lidahnya. Kedua putingku
langsung menegang, seksi sekali. Sesekali kak
Satria menggigit dengan lembut kedua putingku,
membuatku makin liar dan mengerang nikmat.
"Ohhhh uhhhh kakkkk auhhhhh ahhhhh
iseppppinnn ihhhhh oh ohhh lagihhhh ahhhh
ahhhhh ahhhh".
Slurp! Slurp! Slurp! "Aahh.. Oohh.. Enak
bangettttthhhh .. Aahh.. Jilat terus kakkkkhhh
ahhhh.. Aahh.." erangku seraya memeluk dan
menjambak-jambak kepalanya yang memiliki
potongan rambut cepak. "Aahh.." Jilatan-jilatan
lidah kak Satria benar-benar membuatku
kelojotan.
Aku harus berpegangan padanya agar tidak
jatuh dari tempat tidur. Tahu bahwa putingku
sensitif, kak Satria malah semakin beringas
mengenyotnya.
"Aahh.. Aahh.. Aahh.. auhhhhhh oohhhhh…".
Badanku menggelepar-gelepar seperti ikan
kekurangan air. Rasa nikmat yang teramat
sangat menyetrum tubuhku. Sungguh saat ini
kak Satria benar-benar bagaikan bintang porno
gay idolaku.
Puas rasanya kak Satria mengerjai putingku,
lalu aku suruh kak Satria bergerak turun sambil
menjilati tubuhku yang sudah berada dibawah
dan kak Satria diatas. OMG! Dia nurut! Lidahnya
bagaikan kain pel menyapu permukaan kulitku.
Pusarku juga tak luput dari jilatan mesranya,
meninggalkan bekas air liur. Lidahnya
kemudian bergerak kearah selangkanganku.
Sungguh ku kira dia akan mengisap kontolku
yang tegang ini tapi ternyata dia mengangkat
kakiku dan dia tekuk keatas. Dia mencari-cari
lubang anusku untuk dijilati nya. Uh, enak
banget rasanya!
"Lubang kamu indah, dek. Kakak suka
ngeliatnya," komentar kak Satria. "Kakak
pengen nikamatin ini ampe pagi", katanya lagi.
Aku nggak nyangka ternyata inilah kak Satria
yang nol besar? Dia bernilai sepuluh! Ckckck…
dia ternyata TOP yang doyang memek. Karena
aku nggak punya memek, maka lubangku yang
jadi sasarannya. Kemudian kak Satria menusuk
lobangku yang udah berdenyut-denyut dengan
ujung lidahnya yang hangat dan basah. Tanpa
ampun, lobangku disedot abis-abis
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network