Rabu, 23 Oktober 2013

Kisah Cinta PHP

*Daniel POV*


"Aaakhh… sudah Ris… stop!" teriakku.


"Sabar Niel, sedikit lagi keluar!"


"Gak! Sakit, bodoh! Hentikan… aaaarghh gue gak tahan!"


Risky menjitakku dengan keras, "Siapa suruh punya jerawat
hah? Gue paling gak suka sama yang namanya J-E-R-A-W-A-T meski pun adanya di
muka lo," kata Risky ketus sambil memencet hidungku dengan penuh nafsu *?*
ingin mengeluarkan cairan putihnya.


"Sialan banget sih lo Ris, wajah wajah gue napa lo yang
sewot???"


"Karena lo makluk yang paling sering gue liat, Daniel
bodoh."


Risky pun akhirnya berhasil membuat hidungku berdarah dan
mengelap wajahku dengan tissue, aku hanya merengut karena hidungku yang
kesakitan. Tega sekali pemuda 20 tahun, kece kaya emo yang tinggal satu kost
denganku yang bernama Risky ini memencet hidungku sampai pesek begini, dia
fikir Daniel pemuda 19 tahun ini yang sangat tampan rupawan dan cute
pisan ini
rela hidungnya diperkosa heh?


Kurang kerjaan memang.. tapi ada saja rutinitas aneh yang
kami lakukan bersama tiap harinya. Semenjak lulus SMA kami hidup bersama
dalam
sebuah tempat kost yang luar biasa besar dan banyak penghuninya. Pemuda
pintar
dan kaya raya yang bernama Risky itu melanjutkan kuliahnya di UNLAM, ya dia
sangat beruntung bisa masuk ke universitas negri di sini, sedangkan aku
sudah
bodoh, miskin pula. Jadi aku memutuskan bekerja untuk menanggung
kehidupanku,
kasihan orang tuaku yang renta masih saja membiayai aku.


Meski pun status sosial kami berbeda namun kami bersahabat
sejak SMP. Dia pemuda yang murah hati yang selalu ada buatku apalagi
ketika aku
membutuhkannya. Aku sangat mencintainya.


Lah loh? Bingung kenapa seorang Daniel yang tampan bagaikan
Zac Efron ini bisa jatuh cinta dengan Risky yang bagaikan Chef Juna itu?
Aku gay,
lebih nyaman sama sosok cowok terutama sosok Risky yang membuatku aman.


Aku suka nebak-nebak sebenarnya Risky ini normal kaga sih?
Kalau gak normal kenapa dia gak bilang dan kalau normal kenapa dia suka
banget
bikin aku geer?


Okay, mari aku ingat-ingat sedikit betapa baiknya dia
padaku. Dulu zaman SMP aku itu bahan bully, nasib lah cowok tampan punya
badan
kecil mungil dan pembawaan lemah bikin aku terlihat seperti cewek, tapi
sorry
sorry saja bro, aku tidak gemulai, seenaknya saja menjudge orang dari
luarnya.
Nah saat 3 cowok ngebully aku di WC dulu datanglah sosok Risky bak Kamen
Rider
pake sempak di luar kaya superman, eh gak ding… Risky datang dengan gagahnya
dan tatapan tajamnya itu membuat sapi gelundungan (sumpah ini gak
nyambung banget).



"Jangan gangguin dia, dia milik gue. Ganggu dia sama saja lo
cari mati," kata Risky dingin sambil ngeluarin kaki Barbie, aku pun bingung
buat apa dia bawa-bawa kaki Barbie disaat-saat yang menegangkan ini? Apa
buat
nyolokin hidung tuh para preman supaya hidung mereka kehilangan
keperawanannya?
Entahlah, yang pasti saat itu Risky telah membuat mereka takluk hanya dengan
gertakannya.


Dulu juga saat perkemahan, aku dan Risky kesasar. Kami
bermalam di hutan, tepatnya dalam sebuah pohon yang memiliki lubang.
Malam itu
hujan sangat lebat dan belum juga ada yang menemukan kami. Aku menggigil
kedinginan, Risky memelukku dari belakang, menggesek-gesekkan tubuhnya
agar aku
hangat dan meniup hangat pundakku. Semalaman dia memelukku dan itu cukup lah
membuatku geer badai…


Waktu SMA aku selalu membawa bekal karena makanan di kantin
terlalu mahal tapi saat aku membawa kotak bekalku yang niatnya akan aku
makan
di belakang sekolah, tiba-tiba anak-anak di sekolah berlarian dan menabrakku
alhasil makananku berhamburan di lantai. Dengan wajah murung aku memunguti
makananku namun dia datang, tanpa izin dia menarik lenganku… oh rupanya dia
paham sekali aku kelaparan dan mentraktirku di kantin. Hmm makanan disini
sangatlah enak, andai aku bisa selalu merasakannya, gak heran harganya mahal
(buat aku).


Dibalik semua kebaikannya yang aku ingat dia memiliki satu
sifat yang membuatku muak. Dia sangat terobsesi akan popularitas,
katanya sih,
"Aku harus popular dengan bakat atau pun sensasiku, semua cara patut dicoba
karena hidup itu adalah perjuangan… banyak lovers banyak rezeky."


Ya begitulah, sok-sokan kaya artis, fans page dia di FB
sudah dua ratus ribu dan follower di twitter dia ada dua jutaan, orang-orang
mungkin nanya apa dia artis? Siapa sih Risky? Apa bakatnya? Dia gak punya
bakat, dia hanya cowok ganteng yang pandai cari muka dengan fans. Orangnya
memang kadang ketus dan mahal senyum namun pandai tebar pesona dengan
cewek-cewek. Ini dia yang membuatku ragu akan feelingku, dia pecinta wanita
mungkinkah menyukaiku?


-0-0-0-


"Eh Niel lo tau gak kalau cewek-cewek di kosan dan di kampus
banyak yang fujoshi?" tanya Risky yang memecahkan lamunanku. Oh ya, kami
tinggal di kosan yang campur aduk cewek dan cowok, lalai nih pendirinya,
asal
laku doang kosannya, banyak free sex deh jadinya.


Sedangkan fujoshi itu adalah cewek-cewek yang suka dengan
gay, namun ada juga pendapat lain mengatakan fujoshi hanya suka anime
jejepangan yang gay yang disebut yaoi? Yang pasti mereka para cewek yang
suka
melihat boy x boy yang mereka anggap fans service. Aneh memang kok ada cewek
yang suka gay?? Namun species yang baru aku temukan setahun terakhir ini
membuatku cukup berdecak kagum, ternyata masih ada para cewek yang mau
menerima
kondisi para kaum pelangi dengan bahagia.


"Oh ya? Asik dong… gue baru nemu satu tuh si Dina.." jawabku
ke Risky. Kami asik dengan laptop masing-masing, Risky duduk di kursi
belajar
sedangkan aku tengkurap di kasur.


"Banyak tuh… cewek-cewek di kosan heboh ngomongin super
junior yang ciuman, mereka gay ya?"


Aku mendengus, "Mereka gak gay kali, tradisi cowok korea tuh
kalau mereka sangat akrab dengan sahabat yang dianggap kaya sodara ya mereka
ciuman buat ungkapan rasa sayang. Bisa juga buat mendongkrak popularitas
dengan
fans service," kataku panjang lebar.


"Nah ini dia topik yang gue incar, mendongkrak popularitas
dengan fans service?" tanyanya dengan tatapan antusias. Aku menatapnya
ngeri.


"Ya kan para cewek fujo bakal seneng kalau lihat pasangan
yaoi…" kataku datar.


Dia tersenyum penuh arti dengan mengelus-elus dagu, "Ayo
kita bikin FS dan bikin cewek-cewek pada histeris!"


"Gila lo, sama aja cari mati namanya… gue gak sudi…" ya aku
sebagai real gay malu lah mengumbar kemesraan yang namanya FS.


Tanpa persetujuan Risky langsung menarik tanganku agar
keluar kamar, aku berusaha memberontak namun genggamannya lebih kuat.
Terlihat
para cewek-cewek berkumpul depan TV, kayanya lagi ngegosib.


Mereka tersenyum merekah melihat dua cowok kece mendatangi
mereka. Sengaja Risky duduk di kerumunan mereka dan menggenggam erat
tanganku.
Terlihat tuh cewek-cewek mulai histeris, aku cuma tersenyum risih.


Terlihat Risky main mata denganku seolah memberikan kode,
dia menatap mataku bergantian dengan menatap pahanya. Apa maksudnya coba?
Saking gilanya dia minta aku hisap penisnya depan cewek-cewek? Oh aku memang
menyukainya namun aku tak segila itu. Aku menggeleng keras.


Dia menatap ketus dan menarik kepalaku, aku terbaring di
atas pahanya.


"KYAAA~ kok so sweet banget sih kalian?" tanya Anisa, salah
satu Fujo sepertinya.


"Iya dong… gue kan sayang banget sama Daniel…" kata Risky
yang kemudian membungkuk dan menciumi wajahku. Aku terpaku dengan wajah
memerah.


"Cerita dong? Sayang yang bagaimana? Kalian ngapain aja?"
mereka melemparkan pertanyaan beruntun.


Risky mengelus wajahku dengan lembut, dia mengangkat tubuhku
yang lebih kecil kemudian memangkuku sedangkan tangannya melingkar di
pinggangku, "Ya gitu deh… bibir Niel adalah candu buat gue dan tubuhnya itu
hmm.. yummy…"


"Hahaha iya sih, Niel itu uke banget… tapi Risky juga uke…"
(Uke= bot sedangkan seme= top)


"Gak ah… Risky seme kok, dia kan lebih cool dan sangar…"


Dan banyak lagi pujian dari para fujo itu yang membuat
kepala Risky semakin melayang… lelah dengan drama karangan Risky aku pun
pamit
masuk kamar duluan.


-0-0-0-


Aku mengetuk-ngetuk jari di atas meja, kelihatannya Risky
bukan type orang yang membully kaum pelangi, apa baiknya aku mengaku? Dan
menyatakan cinta dengannya? Tapi aku gak tau kata-kata apa yang harus aku
ucapkan. Aku menarik nafas sejenak kemudian menatap laptopku dan mengetik
boyzforum.com salah satu jejaring social khusus gay yang paling sering
membuatku tersenyum. Aku masuk dalam room boyslove dan menemukan sebuah
postingan yang tepat sekali buatku yaitu tentang cara menyatakan cinta
dengan
cowok straight. Aku baca dengan jeli dan sangat percaya diri setelah
terhipnotis akan postingan itu.


KREAK…


Risky masuk ke dalam kamar, "Ahahaha puas banget gue, mereka
jadi antusias sama cerita cinta kita."


Aku mendekat dan berdiri berhadapan dengan Risky, kuraih
tangannya, "Ris… gue cinta lo… dari dulu, sejak SMP gue cinta lo…"


Risky terdiam, tatapannya kosong. Bibirku bergetar, aku
tidak sanggup lagi melanjutkan kata-kataku untuk meyakinkannya seperti
yang ada
dalam tips.. ternyata teory beda halnya dengan praktek, tenggorokanku
tercekat
aku takut dengan responnya bagaimana jadinya, "Hahaha…" dia tertawa sinis
kemudian membalikkan tubuh membelakangiku. Aku semakin khawatir dan mataku
berkaca-kaca.


Setelah beberapa detik dia membalikkan tubuh, "Gue juga
cinta lo, Niel…"


DEG…


Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar tapi dia meraih
rahangku kemudian melumat bibirku, aku terbelalak. Tangannya menekan
tengkukku
kemudian memperdalam ciuman, "Eummhh… emmmhh… I love you beib… ummhh.."
ucapnya
disela-sela ciuman.


Aku sesak, rasanya tidak percaya dia benar-benar mencumbuku
sekarang… dia menerima cintaku persis seperti mimpiku. Dia menciumiku dengan
ganas, menyerang leherku dan melucuti pakaianku.


"Aaaakhh… eummhhh.. Ris… ahkhhh.." aku mendesah saat dia
memainkan nippleku sedangkan mulutnya bermain di leherku.


Aku tak mau kalah, aku pun mendorongnya, menindihnya
kemudian menciumi lehernya, dia menatapku aneh… penisku sudah sangat tegang
akan cumbuan-cumbuan yang kurang lebih setengah jam itu, aku mau lebih,
kuraba
selangkangannya namun aku terkejut. Dia tidak tegang sepertiku.


"Ri-ris… lo kenapa…" kataku menggantung dan turun dari
badannya.


"Kenapa tidak tegang sepertimu hm? Ayo Niel, mari kita
lanjutkan haha… mumpung gue dirasuki setan…"


"Lo bukan gay ya?!!" tanyaku dengan sedikit membentak.


Dia mendekatkan wajah ingin menciumku kembali namun aku
membuang muka, "Lo kenapa sih??? Bukankah badan gue yang lo pengen,
dasar gay?"
tanyanya sinis.


Aku tersentak, "Lo anggap gue apa Ris? Lo fikir gue maniak
yang cuma ngincar badan lo hah?"


"Emang itu kan yang dicari para gay?" tanyanya sinis.


"Gak Ris! Gue gak kaya gitu! Gue sayang lo, gue cinta lo…
kenapa lo tega merendahkan gay kaya gini sih Ris???"


"Apa sih yang lo harapin dari dunia gay hah? Cinta? Mimpi
lo… gue gak doyan cowok, tapi karena gue sayang lo sebagai sahabat gue kasih
nih badan gue!"


"Diam lo! Lo gak ngerti perasaan gue Ris… gue butuh cinta
lo…" kali ini aku terisak dan menunduk.


Risky tersenyum dia mengangkat daguku dan mendekatkan wajah,
"I love you…"


"Lo tuh cuma PHP ris! (pemberi harapan palsu)… lo cuma
bohong sama gue, mata lo gak bilang begitu."


"Terus kalau gue berhasil kaya lo gimana? Apa yang lo
harapkan dari dunia gay kalau pada akhirnya kita married sama cewek
hah??? Lo
mau makin sakit hati… gue sayang lo, Niel. Gue sayang lo kaya sodara gue
sendiri.. gue kecewa ternyata lo itu bisa terjerumus.. gak bisa jaga diri ya
lo?"


"Gue benci lo Ris… gue benci lo… kalau lo gak sama dengan
gue harusnya lo jangan baikin gue kaya gini.."


"Jangan childish, Niel. Masa lo gak bisa terima kalau gue
gak bisa cinta lo, perasaan kan gak bisa dipaksa."


"Gue marah bukan hanya karena lo nolak gue Ris, tapi karena
lo hina dunia gue! Lo pikir gay cuma mikirin sex hah? Tarik kata-kata lo!"
teriakku dengan penuh tekanan.


Risky menghela nafas, "Jangan semakin jauh… lo mau sama
siapa? Si Tiwi? Andin atau siapa? Gue punya banyak kenalan yang cantik Niel
asal lo jangan kaya gini… tapi ya kalau lo bahagia kaya gini gue nyerah deh…
seperti yang gue bilang di awal, silakan pakai badan gue. Itu kan yang
sangat
lo harapkan?"


Aku hanya terisak sambil meremas sprei..


Aku bangkit dari dudukku di atas kasur kemudian berlari ke
kamar mandi, kunyalakan shower. Aku masih menyesali hal barusan. Betapa
terhinanya aku jika dia mengecap dunia gay seburuk itu. Kenapa seorang Risky
bisa bermulut sebusuk itu. Aku benci dia, sungguh aku benci dia… dia
sentuh aku
namun dia sendiri tak menikmati, apa baginya aku hanya mainan.


Aku duduk dibawah shower, membiarkan butiran air dari atas
menerpa tubuhku dan menyembunyikan tangisku. Aku menangis perih karena
sangat
terhina dengan semua ini.


Setelah keluar dari kamar mandi Risky langsung menghampiriku
sedangkan aku hanya menatap dingin, "Maaf Niel, ya gue kenal banget sama
lo..
ya gue percaya lo bukan gay yang suka main sex… Niel, gue sayang lo, jangan
benci gue karena masalah ini please?"


Aku mengambil koper dan membereskan pakaianku, "Niel… Niel
lo mau apa hah?"


"Gue pamit Ris, gue mau balik sama ortu gue…"


"Apa-apaan sih lo Niel, gue gak ceraikan lo… kaya lagu jaman
dulu aja lo yang pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku~"


Aku tertawa disela-sela tangisku karena melihat tingkah
Risky, "Sorry Ris… eumm kebetulan gue kangen sama ortu gue…"


Aku terus memasukkan pakaianku dalam koper namun Risky kembali
mengeluarkannya, "Hargai keputusan gue Ris… hati gue sakit banget dan
gue perlu
waktu buat nenangin diri…"


Terlihat Risky menatap sayu dan memandangku penuh kasih
sayang, "Maafin gue kalau bikin lo kecewa… maaf gue gak bisa jadi
sahabat yang
baik buat lo…" katanya memelukku kemudian mengecup keningku. Selesai
perpakaian
dan memberesi barang aku melangkah keluar ditemani Risky yang membantu
angkat
koperku. Aku berpamitan dengan pemilik kost dan juga teman-teman kost.
Mereka
sangat kecewa terutama para fujo yang baru saja berharap akan dapat FS
setiap
hari.


Aku tersenyum getir, sebelum masuk taxi aku membalikkan
tubuh. Kutatap sosok-sosok akrab yang aku kenal 2 tahun ini. Kutatap Risky,
kutatap pintu, taman, gerbang.. bayang-bayang kegilaanku bersama Risky
terlihat
di sana. Mataku kembali berkaca-kaca, sebelum menangis aku melambaikan
tangan
dan masuk ke dalam taxi.


-epilog-


Lima tahun kemudian


Aku berada di pelaminan sekarang, menyalami tiap undangan
yang datang. Aku memutuskan menikahi sahabatku di desa setelah usahaku
sebagai
pengusaha kuliner sangat melesat 3 tahun terakhir, aku mapan. Perlahan tapi
pasti dunia pelangi menjauhiku karena kesibukanku, karena keluargaku, tak
sempat lagi aku berfikir untuk menyelami dunia ini. Kita memang gay, tapi
inilah takdir kita. Pria terlahir untuk wanita.


Bagaimana dengan Risky? Kami cukup sering kirim-mengirim
email untuk melepaskan kerinduan kalau aku sempat, aku pun mengundangnya ke
acara pernikahanku ini. Namun aku cemas karena sudah jam 2 dia belum juga
datang.


Namun senyumku merekah saat menemukan sosok itu, Risky.. dia
semakin gagah saja, tapi siapa yang ada di sampingnya? Apa itu tunangan yang
benama Nia yang sering Risky ceritakan di email?


"Selamat ya bro… tega banget lo ngeduluin gue haha…"


"Lo sih berbelit-belit… kapan nih nyusul?" tanyaku ceria.


"Tahun ini juga lah, ya kan beb?" tanyanya sambil melirik
gadis di sampingnya. Gadis itu hanya tersipu malu.


"Gue tunggu undangannya.."


"Sipp… langgeng ya.." kata Risky sambil memberikan kado
kemudian menyalami kami secara bergantian.


-0-0-0-


Selesai resepsi aku pun ke kamar pengantin, tak sabar ingin
membuka hadiah apa yang Risky berikan? Kubuka tergesa-gesa dan aku menemukan
album besar. Kubuka halaman demi halaman, terlihat wajah-wajah polos
anak SMP
yang bahagia di sana, saat SMA juga dan saat-saat hidup bersama di kost. Aku
dan Risky memang sangatlah narsis dan terlihat sangat bahagia di foto,
paling
tidak aku punya bukti perjalanan persahabatan kami. Aku masih mencintai
Risky
sangat dalam, mungkin hanya bisa kupendam dan kukenang.


"Apa itu Kak?" tanya Istriku.


"Album persahabatan terindah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar