Senin, 14 September 2015

Kisah Gay: Satpam BRI

Namanya Jon Hutabarat, nama depannya kayak nama dari orang dari daerah
barat. Tapi itu nama aslinya dan nempel di name tag seragam satpamnya
yang ketat. Sebagai satpam bank, dia sedikit beda. Kalau satpam-satpam
lain biasanya tinggi besar sedangkan dia sedikit pendek, aku rasa
tingginya kurang dari 170 cm. Kulitnya putih banget dengan tangan yang
berbulu tidak terlalu lebat.
Wajahnya ganteng dan cute tapi terlihat banget muka bataknya yang
keras dengan bibir yang tidak terlalu tebal berwarna kemerahan.
Cambangnya dibiarkan tumbuh dengan rambut yang cepak, kesannya dia
laki-laki banget. Kalau dari belakang dia sangat menyenangkan untuk
dilihat. Badannya terlihat tegap dan pantatnya seksi banget, keras dan
agak menonjol apalagi dia pakai celana satpam yang ketat sehingga
cetakan celana dalamnya terlihat. Belum lagi kalau di lihat dari depan,
tonjolan kontolnya terlihat besar.
Pernah suatu siang aku kesana, aku melihat dia sedang berdiri dekat
pintu. Entah apa yang membuat dia begitu, tapi aku melihat batang
kontolnya sedang ngaceng tercetak jelas di celananya dengan posisi
miring dan aku semakin yakin dia nggak pakai celana dalam saat itu
karena kepala kontolnya juga tercetak. Tapi nggak lama dia masuk dan
kemudian keluar lagi dengan keadaan normal.
Aku melihat dia sekitar 2 minggu saat aku harus ke bank BRI untuk
transfer. Kesan pertama melihat dia yang saat itu sedang berada di depan
box ATM bener-bener ngebuat aku gak kuat. Aku terus putar otak,
bagaimana caranya agar aku bisa mendekati dia. Sampai akhirnya aku nekat
untuk menelponnya di Bank. "Kamu siapa?" tanyanya saat menerima telepon
dariku. "Yudi." jawabku singkat. "Ok, kamu ada perlu apa?" Ditanya
seperti itu aku jadi bingung dan gugup. Aku terdiam nggak tahu apa yang
harus aku ucapin. "Kalau kamu nggak jawab saya tutup teleponnya ya,
soalnya saya lagi banyak kerjaan."

Entah darimana timbul keberanian itu dan langsung saja terucap, "Boleh
nggak aku ngisep kontol kamu?" tanyaku yang kemudian kaget sendiri
dengan keberanian itu. Nggak ada jawaban apapun dari ujung sana.
"Halo..." kataku kemudian. Aku pikir dia pasti menutup teleponnya, tapi
kemudian ... "Kamu jangan bercanda, saya lagi tugas." "Nggak kok, saya
serius. Kalo kamu mau, saya rela kamu ngelakuin apa aja sama aku di
tempat tidur." Kembali nggak ada suara apapun dari ujung sana untuk
beberapa lama, dan aku dengan perasaan deg-degan menunggu. "Aku nggak
pernah ngelakuin itu sama laki-laki, tapi kalo kamu mau kita bisa
besok." "Bener..??" teriakku kaget banget. "Iya." "kenapa nggak malam
ini?" "Malam ini aku mau ngentot pacarku, besok giliran kamu, gimana?"
Akhirnya kami sepakat untuk bertemu besok sore di kos dia dan aku
meminta dia menunggu dengan pakaian satpamnya.

Sore yang aku tunggu akhirnya datang juga. Dengan perasaan yang campur
aduk, aku datang ke alamat yang dia berikan. Setelah aku ketuk, pintu
terbuka dan dia menyambutku dengan tersenyum lalu mempersilahkanku
masuk. "Oh jadi kamu yang nelpon itu. Aku sering liat kamu di bank." Aku
mengangguk dan tersenyum malu. "Bagaimana, mau langsung?" tawarnya. Aku
nggak perlu menjawabnya dan langsung mendekatinya, kemudian
mengelus-elus tonjolan di celana bagian depannya. "Aku tahunya enak ya
dan aku nggak mau ngapa-ngapain kontol kamu." katanya. Aku menjawab
hanya dengan anggukan dan tanganku terus mengusap-usap tonjolan kontolnya.

Kemudian aku buka bajunya, aku sangat suka sekali melihat badannya
yang tegap apalagi saat dia mengangkat tangannya saat aku membuka kaus
dalamnya, kedua tangannya itu terlihat kekar dan keras sekali dan
ketiaknya penuh dengan bulu, aku nggak terlalu suka bulu ketiak yang
lebat dan biasanya membuatku agak sebal, tapi wajah ganteng dan dada
kekarnya membuat semua itu nggak penting. Dadanya terbentuk meski bukan
sepeti binaragawan. Dadanya bidang dan bersih dari rambut dengan kedua
pentil yang kecil tapi menonjol dan sekeliling pentilnya tumbuh
rambut-rambut. Lalu aku melihat ke pusarnya dan disana banyak di tumbuhi
rambut yang aku yakin tumbuh menyemak di pangkal kontolnya.

Aku langsung memegang kedua pentilnya dan pelan-pelan
memilin-milinnya, lalu tiba-tiba aku mendengar dia mendengus agak keras.
Nampak dia sangat suka kalau kedua pentilnya dimainkan dan itu membuatku
semakin semangat. Dia kusuruh duduk dipinggir tempat tidur dan aku mulai
menjalankan aksiku. Aku menghisap-hisap pentilnya seperti bayi yang
sedang menyusu, dan pentilnya semakin menonjol serta kian keras. Dia
mulai meracau pelan saat aku menyesapi pentilnya dan semakin keras
gumamnya saat ujung pentilnya aku jilati juga dengan ujung lidahku
sementara tanganku mengusap-usap dada kekarnya yang sudah terbentuk.

Pentilnya kugigit-gigit pelan sambil aku tarik-tarik kemudian aku
hisap dengan kuat. Dia terus mendesah dan bergumam keenakan. Lalu
tanganku mulai bergerak ke bawah dan mengusap bulu-bulu yang tumbuh
disekitar perutnya dan pelan-pelan membuka ikat pinggangnya sambil
mulutku terus mengeyot pentilnya. Nampaknya sensasi kenyotanku di pentil
dan gerakan tanganku yang membuka celana panjangnya pelan-pelan sampai
dia hanya memakai celana dalam saja membuat dia semakin bergairah.
Beberapa kali dia dengan sengaja menumbur-numburkan kontolnya yang masih
di dalam kolor ke badanku.

Aku berdiri dan melepas semua pakaianku sampai telanjang bulat.
Kontolku sudah ngaceng berat dan dia tersenyum melihat keadaanku itu.
"Gede juga kontolnya." katanya kemudian. "Tapi kontol kamu pasti lebih
besar kan?" tanyaku. "Liat aja sendiri." Aku perhatikan dia yang
sekarang tidur terlentang dengan celana dalam putihnya sebentar.
Badannya benar-benar luar biasa, sepertinya dia diberi waktu lebih
banyak saat dibuat dulu sehingga dia lebih mempesona dari laki-laki
kebanyakan.

Kakinya berbulu lebat dan pahanya meski tidak terlalu besar tapi kekar
sekali dengan aksen bulu-bulu yang membuat bagian bawah perutnya ini
menjadi seksi sekali. Aku berjongkok di lantai, lalu membuka kedua
kakinya pelan-pelan hingga terbuka lebar. Seksi sekali melihat
pemandangan itu dari sudutku berada. Aku merapatkan kedua kakinya
sementara wajahku berada ditengah-tengah kedua pahanya dan
menjilat-jilat mulai dari dengkul kirinya dan bergerak pelan ke
selangkangannya. Lalu lidahku memutar-mutar di paha bagian dalamnya dan
tangan kiriku mengusap-usap paha atasnya yang berbulu itu.

Sampailah ujung lidahku tepat di celana dalamnya bagian bawah. Aroma
laki-laki segera tercium olehku. Aku cium-cium pelernya yang masih
terbungkus dengan bibirku, entah apa bahasa tepatnya tapi aku biasa
mengatakan "menguwel-uwel" bibirku nggak keruan di pelernya. Aku tarik
keatas pinggiran celana dalamnya dan menarik satu biji pelernya keluar.
Biji pelernya besar dan berbulu lebat, pasti banyak pejuh yang tersimpan
disana. Aku membayangkan semprotan pejuhnya pasti banyak kalau pelernya
seperti ini, pasti enak dan banyak sekali kalau aku telan pejuhnya.

Dia masih tidur terlentang saat aku mulai mengemoti biji pelernya yang
aku keluarkan satu itu. Aku kemot pelan sekali dan bagian bawahnya aku
jilati. Kadang aku kesulitan juga karena bulu yang tumbuh di biji
pelernya suka rontok dan mengganggu lidahku. Setelah puas aku masukkan
lagi biji pelernya itu dan aku melihat dia sedang menggigit ujung
bantal, aku yakin dia pasti ngerasa enak sekali.

Dia menatapku saat kedua tanganku memegang pinggiran karet celana
dalamnya dan pelan-pelan mulai kuturunkan. Ternyata tidak seperti
dugaanku, bulu jembutnya tidak terlalu banyak sepertinya dia mencukurnya
beberapa hari yang lalu. Tapi kontolnya membuatku sangat surprise. Dia
ternyata masih punya kulup dan kepala kontolnya yang berwarna merah
keunguan sudah menyembul keluar dari kulit kulupnya dan sudah basah!

Aku paling suka kulup dan aku menjadi begitu bergairah. "Gila masih
ada kulupnya," kataku. "Kenapa, nggak suka kulup ya?" tanyanya "Aku suka
banget kulup." Dan tanpa membuang-buang waktu segera aku menjamah
kontolnya yang sudah super ngaceng itu. Kontolnya tidak terlalu besar
diameternya tapi panjang banget dan kepala kontolnya lebih gede dari
batangnya sehingga menambah seksi dirinya.

Kulit kulupnya kemudian aku tarik-tarik sampai menutup kepala
kontolnya dan rupanya kulupnya panjang sehingga masih tersisa. Aku
gigit-gigit pelan lalu kuturunkan lagi kulupnya sampai kepala kontolnya
terlihat jelas dan dia rupanya sangat suka juga dibegitukan. Dia
menggigit lagi ujung bantalnya. Lalu giliran batang kontolnya menjadi
sasaranku berikut. Aku pegang batang kontolnya dan aku tempelkan
diperutnya, lalu lidahku menjalari di seluruh batang kontol bagian bawah
sampai aku berhenti di lubang kencingnya dan lidahku kuputar-putar
disekitar pinggiran kepala kontol bagian bawahnya itu.

Dia menyentak-nyentaknya kedua kakinya saat aku melakukan jilatan di
pinggir kepala kontolnya itu dan sentakannya semakin keras saat ujung
lidahku bermain-main menggeliti lobang kencingnya yang terus menerus
ngeluarin cairan bening. Wajahnya terlihat merah dan terlihat berkerut
seperti menahan sesuatu yang luar biasa. Dia bangun dan gerakan
tangannya menyuruhku berhenti. Badannya yang putih kini terlihat memerah
dibagian atas dan dia tersengal-sengal mengatur nafas sambil sesekali
menggelengkan kepalanya.

"Kenapa, kamu nggak suka ya?" Dia menatapku, "Aku hampir keluar tadi.
Kamu lihai banget, semua yang aku suka tadi kamu lakuin" ujarnya. Aku
tersenyum senang. "Aku entot kamu sekarang aja ya." "Tapi kontol kamu
kan belum aku isap." "Nggak usahlah, aku nggak kuat. Nanti aku keburu
muncrat, aku mau ngerasain ngentot laki-laki." Aku setuju dan tadinya
dia mau cari-cari sesuatu buat ngebasahin batang kontolnya. "Nggak usah,
aku jilat aja. Aku suka dientot kering aja, soalnya gesekan batang
kontolnya berasa banget." "Nanti sakit lagi" kata dia. "Nggak kok,
malahan enak banget." ujarku menyakinkannya. Dia mengangkat kedua
bahunya tanda terserah aku. "Mau posisi bagaimana?" tanyaku. "enaknya
gimana?" dia balik bertanya. "Kamu pernah ngentot pacar kamu posisi kamu
di bawah nggak?" Dia menggeleng. "Ya udah kita coba gaya itu aja."

Dia merebahkan kepalanya di kasur dan aku mengangkangi kontolnya. Aku
turun pelan-pelan dan saat ujung kepala kontolnya yang aku pegangin itu
menyentuh lobang anusku aku berhenti sebentar untuk menarik nafas, ini
sesuatu yang paling aku tunggu. Dia menatap ke arah kontolnya dan aku
pelan-pelan memasukkan kepala kontolnya sedikit demi sedikit. Aku
meringis dan menggigit bibir bawahku saat kepala kontolnya yang besar
itu mulai masuk setengahnya. Lobangku mulai terbuka sangat lebar, karena
kepala kontolnya salah satu yang paling besar yang pernah masuk ke
lobang anusku.

Aku meringis dan mengeluarkan suara tanda aku sedikit kesakitan karena
memang kontolnya masuk dalam keadaan kering tanpa pelumas. dan
PLOPP...!!! masuklah semua kepala kontolnya dan aku mendesah lega. Saat
aku membuka mata dia sedang menatapku dengan muka yang mengernyit
seperti merasakan sesuatu yang aneh. "Sakit ya?" tanyanya. "Nggakk.. hhh
... enakkkk." Aku mulai menaik turunkan pantatku dan dia terlihat mulai
menikmatinya, terbukti dia mulai semakin banyak menggeram. Bahkan
setelah beberapa lama ketika aku menaikkan pantatku dia menghujamkan
batang kontolnya ke atas pertanda dia ingin terus mengocok lobang pantatku.

Aku istirahat sejenak di atas perutnya dan menggeol-geolkan pantatku
untuk memutar-mutar batang kontolnya dan dia menggeram keras lalu dengan
sekuat tenaga menghujam-hujamkan kontolnya sampai aku hampir jatuh.
Melihat dia semakin ganas, aku memutuskan berganti gaya yang biasa.
Posisi aku dibawah dengan memberikan bantal tipis dipantat biar lobang
pantatku agak naik dan memberikannya kesempatan mengentot lobangku
sekuat yang dia bisa.

Kedua kakiku kutekuk dan dia membimbing batang kontolnya masuk kembali
ke lobang pantatku lalu menekannya kuat. Aku mengeluarkan suara seperti
hendak buang hajat saat dia memasukkan batang kontolnya, rasanya sakit
sekali karena dia memasukkannya dengan paksa dan sekuat tenaga. Dia
sepertinya kesetanan dan menjadi buas sekali. Tanpa memberiku kesempatan
untuk mengatur nafas, dia mulai memompa lobang pantatku sekuat tenaga.
Mukanya mengernyit menahan enak dengan suara geraman dia pompa lobang
pantatku dengan batang kontolnya dalam tempo yang sangat cepat.

Posisi seperti ini membuatku sangat nyaman, batang kontolnya yang
panjang membuat ujung kontolnya dengan mudah menyentuh sesuatu di dalam
lobang pantatku yang membuatku merasa begitu keenakan. Wajahnya memerah
serta keringat menetes banyak sekali dan dia menggeram keras sambil
terus mengentotin pantatku tanpa henti. Sensasinya luar biasa dan dia
sudah begitu kesetanan dengan liarnya ngentotku sampai tempat tidurnya
berderit-derit.

Nggak banyak gaya yang bisa aku buat karena dia sudah begitu liar,
tapi itu nggak penting karena aku sudah merasa enak. Semakin lama
erangannya semakin keras dan mulutnya terbuka lebar serta tusukan
kontolnya semakin kuat, pantatku dipukul-pukul oleh pelernya. Aku sudah
nggak tahan lagi, apalagi saat melihat ekspresi muka gantengnya yang
keras itu saat mengentotku liar dan menahan enak membuatku ... CROTT ...
CROTTTTT... CROOTTTT... Pejuhku tumpah ruah keseluruh badanku dan ke
kasur, banyak sekali. Ini pasti pejuh terbanyak yang pernah aku semprotkan.

"Keluarin dimukaku aja." kataku saat melihat dia semakin
terengah-engah. Dia menarik batang kontolnya dan mengarahkan dimukaku.
"ARGHHHHHH ... SETANNNNNN" geramnya sambil memukul-mukulkan batang
kontolnya di wajahku, sakit tapi enak sekali. Lalu ... kembali
CROTTTTTTTT ...CROTTT...CROTTT....CROTTTTTTTT Semburan panas keluar dari
lobang kencingnya membasahi seluruh wajahku. Dia teriak keenakan meski
suaranya ditahan biar tidak didengar orang. Seperti juga aku, pejuhnya
bahkan beberapa kali lebih banyak menyemprot dari pada pejuhku.

Dia selesai menyemprotkan pejuhnya dan mengatur nafas. Aku memegang
batang kontolnya dan menjilati sisa pejuh yang masih mengalir dari
lobangnya. Kadang aku poleskan ke seluruh pipi dan bibirku jika masih
ada sisa pejuhnya yang meleleh. Dia kemudian bangun dan duduk selonjor
di kursi plastik, dan kedua kakinya terbentanglebar di atas kasur
membuat pemandangan yang indah buatku.

"Gimana?" tanyaku. "Setan, enak banget." Dia terdiam begitu juga
denganku. "Besok kita ngentot lagi yah, malam ini aku mau nonton sama
pacarku." katanya. Aku tersenyum dan mengangguk senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar